Wahabi dan Syi’ah merupakan bagian dari umat Islam yang mengklaim sebagai kelompok ahlus sunnah wal jama’ah. Mereka juga mengaku sebagai umat yang tulen mengikuti sunnah Nabi. Meski demikian, ternyata ajaran-ajaran mereka membuat kaum NU risih, merasa sangat mengganggu, bahkan dianggap akan menghancurkan akidah kaum NU.
Sebenarnya Wahabi, Syi’ah, dan NU adalah umat yang sama-sama merasa hamba Allah. Perbedaan mereka ada pada cara melangkah dan jalannya, namun tujuan mereka sama-sama mengarah kepada haribaan Allah subhanahu wa ta’ala. Jika itu yang benar-benar terjadi, wajar saja.
Yang menjadi masalah di antara mereka, ketika mereka sama-sama melangkah, salah satu di antara mereka mengganggu langkah yang lain, dengan alasan, mereka merasa bahwa langkahnya sendiri yang benar dan menganggap langkah orang lain salah. Sehingga, mereka yang merasa dirinya yang benar dan orang lain salah, mengatakan dengan sangat lantang, “langkah kalian salah, jalan kalian menyimpang dari rute (ajaran) Nabi dan Allah, Kalian Kafir”.
Mereka yang merasa benar sendiri, ketika mengajak kaum islam yang tidak sepaham dengan dirinya, cara mereka mengajak untuk sejalan dengan mereka ternyata tidak sesuai dengan tuntunan Nabi dan Allah. Meski tujuannya benar tapi caranya salah, tetap dianggap salah. Bahkan ada yang menggunakan cara yang sangat sadis, yaitu menyiksa dan membunuh umat Islam yang tidak sepaham dengan dirinya. Apa begitu cara Nabi mengajak orang untuk mengikuti ajarannya, apa lagi yang diajak memang juga umat Islam? Mungkin jika tidak ada tendensi lain, caranya tidak akan begitu.
Dan lagi, jika memang merasa benar dan menyadari akan kebenaran sendirinya, tidak akan menggunakan cara yang mengganggu orang lain. Biasanya, orang yang merasa benar dan mengajak orang lain dengan cara yang membuat orang yang diajak merasa terganggu, mereka yang mengajak belum menyadari kebenarannya sendiri. Artinya, mereka hanya merasa benar secara formalitas saja, tidak sampai pada esensi atau hakikatnya. Orang yang merasa benar dan menyadari kebenarannya, dia tidak akan mengajak orang yang dianggap salah dengan cara mengganggu, apa lagi membunuh.
Sekali lagi, mereka yang mengajak orang yang dianggap salah dengan cara mengganggu, mereka masih merasa benar dan belum menyadari kebenarannya sendiri. Atau lebih dimungkinkan karena ada tendensi. Semua orang merasakan dan yakin, bahwa jika memang ajakan seseorang pada kebenaran semata, orang yang diajak tidak akan merasa terganggu. Orang yang tidak tahu apa-apa pun pasti merasakan itu.
Kemunkinan lain yang membuat mereka mengajak orang yang dianggap salah, adalah karena mereka masih kelompok minoritas. Artinya, dengan mengajak orang lain, kelompok mereka akan bertambah dan semakin besar. Tujuannya, agar kelompok mereka diperhatikan oleh kelompok lain dan tidak dimarjinalkan. Jika memang itu masalahnya, berarti jangan menyalahkan kelompok lain, salahkan kelompoknya sendiri yang mengiktui program KB. Lebih tepatnya salahkan yang membuat UU KB.
Kelompok yang merasa terganggu adalah kaum NU. Ajaran Syi’ah dan Wahabi yang semakin hari semakin masuk ke wilayah kaum NU, membuat kaum NU sangat merasa terganngu. Karena khawatir ajaran Syi’ah dan Wahabi berhasil merubah, merusak dan menghancurkan akidah kaumnya sendiri. Kekhawatiran ini dirasa bagi orang yang akidanya masih lemah, apalagi akidah yang masih berlebel tarif.
Kaum NU menanggapi mereka dengan cara beranika ragam. Ada yang berdiri di podium dengan pidato-pidatonya, ada yang membuat buku dengan pendapat, argument, dan dalil-dalinya, dan ada yang membuat akun-akun internet dengan satatus dan komentarnya. Dari sekian bentuk tanggapan itu, ada sebagian yang menanggapi Wahabi dan Syi’ah dengan kata-kata yang sama sekali tidak pernah diajarkan Nabi. Nabi tidak pernah menanggapi orang yang tidak sepaham dengan beliau dengan kata-kata yang bejat.
Kaum NU yang menanggapi mereka dengan kata-kata olokan, cacian, ejekan dan lain sebagainya, diharap tidak perlu lagi menggunakan cara yang bejat. Cukup mereka yang hanya mengaku dirinya sebgai pengikut sunah Nabi. Sementara kaum NU sebagai orang yang tidak hanya mengaku, bahkan sebagai orang yang mengamalkan sunah Nabi.
Tapi sebenarnya, jika kaum NU menanggapi kehadiran Wahabi dan Syi’ah dengan positif; logika yang peka dan hati yang terbuka, kaum NU akan bersyukur. Sebab, dengan kehadiran Syi’ah dan Wahabi, kaum NU akan mengoreksi, mempelajari, dan lebih serius menjalani ajarannya sendiri. Dengan begitu, akidahnya akan lebih kokoh; tidak gampang diganggu bahkan mustahil dihancurkan oleh kelompok lain.
Artinya, orang-orang awam yang masih belum betul-betul mengetahui tentang akidahnya sendiri, mereka akan belajar karena khawatir akidahnya digoyahkan oleh kelompok lain. santri dan alumni pesantren akan lebih giat mempelajari kita-kitabnya karena kahwatir ada kelompok lain yang akan mempertanyakan tentang akidahnya sendiri. Dan, para tokoh masyarakat akan lebih fokus melayani masyarakat agar tidak gampang diganggu oleh kelompok lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar