Apa itu NU
…………………" NU "……………….
Orang Indonesia Bertanya : Apa sih NU itu……...…….?
Orang Madura Bertanya : Saungkunah NU jiyeh aparah kah……?
Orang Sunda Bertanya : Ari NU teh Naon……?
Orang Sudan Bertanya : ماهي نهضة العلماء.....؟
Orang Inggris Bertanya : What is NU…?
Orang Betawi Bertanya : NU Itu Ape Sih……….?
Orang Jawa Bertanya : Opo sih NU iku…………?
(Rangkuman singkat
" Muhammad Shohib Rifa'i " untuk mengenal NU
di era Moderen dan sebagai benteng warga NU agar tidak mudah dirayu oleh
Kelompok/Aliran/Partai politik yang tidak sejalan dengan NU)
MUQADDIMAH
Tidak terasa sudah 85 tahun umur Nahdlatul Ulama (NU) sebagai
organisasi sosial keagamaaan (jam‘iyah diniyah ijtima‘iyah) berdiri.
Tidak dipungkiri pula jika organisasi yang didirikan KH Hasyim Asy’ari
(Rois Akbar NU) pada tanggal 31 Januari 1926 itu telah memberi warna
kehidupan negera Indonesia dan tidak dipungkiri juga bahwa PCI-NU SUDAN
dalam perannya ikut membantu KBRI Khartoum Sudan, Ini bisa dilihat
dari kegiatan dan program PCI-NU SUDAN. Umur 85 tahun bukanlah waktu
yang sebentar. Berbagai dinamika mewarnai perjalanan NU selama kurun
waktu itu.
Maka dari itu kita harus tau lebih dalam sejarah NU, sehinggah kita
faham perjuangan NU dari masa ke masa. Lebih dari itu kita harus faham
tentang NU dan bisa memahamkan kepada sekeliling kita tentang NU itu
sendiri. Dan kita harus bisa membedakan antara ORMAS (Organisasi
Kemasyarakatan), PARPOL (Partai Politik), Organisasi Kemahasiswaan dan
Organisasi Kekeluargaan. dengan merayakan Harla NU ke-85 ini, kita
semakin CINTA kepada NU dan bisa merasakan pentingnya berorganisasi.
Melalui tulisan ini penulis mencoba untuk mengurai perjalanan NU hingga
konteks kekinian.
1. APA SIH NU ITU………..?
- NU adalah Singkatan dari Nahdlatul Ulama.
- NU adalah organisasi keagamaan sekaligus organisasi kemasyarakatan
terbesar dalam lintasan sejarah bangsa Indonesia, mempunyai makna
penting dan ikut menentukan perjalanan sejarah bangsa Indonesia, NU
lahir dan berkembang dengan corak dan kulturnya sendiri. Sebagai
organisasi berwatak keagamaan Ahlussunnah Wal Jama'ah, maka NU
menampilkan sikap akomodatif terhadap berbagai madzhab keagamaan yang
ada di sekitarnya. NU tidak pernah berfikir menyatukan apalagi
menghilangkan mazdhab-mazdhab keagamaan yang ada. Dan sebagai organisasi
kemasyarakatan, NU menampilkan sikap toleransi terhadap nilai-nilai
lokal. NU berakulturasi dan berinteraksi positif dengan tradisi dan
budaya masyarakat lokal. Dengan demikian NU memiliki wawasan
multikultural, dalam arti kebijakan sosialnya bukan melindungi tradisi
atau budaya setempat, tetapi mengakui manifestasi tradisi dan budaya
setempat yang memiliki hak hidup di Republik Indonesia tercinta ini.
Sikap ini sesuai dengan inti faham keislaman NU yang sejalan dengan
hadis Nabi Muhammad SAW : Al-hikmatu dlaallatul mu'min, fahaitsu
wajadaha fahuwa ahaqqu biha. Hikmah atau nilai-nilai positif untuk umat
Islam, darimanapun asalnya ambillah karena itu miliknya umat Islam.
Proses akulturasi tersebut telah menampilkan wajah Islam yang
berkeindonesiaan, wajah yang ramah terhadap nilai budaya lokal dan
terbuka dengan nilai-nilai universal yang positif. NU juga menghargai
perbedaan agama, tradisi, dan kepercayaan, yang merupakan yang merupakan
warisan budaya Nusantara. Sikap yang demikian inilah yang memudahkan
NU diterima di semua lapisan masyarakat di seluruh kepulauan Nusantara.
(Lihat di buku hasil-hasil muktamar NU, Pidato Rais Aam PBNU KH. A.M.
Sahal Mahfudz Pada Pembukan Muktamar ke-32).
- Dalam faham keagamaan, NU menganut Ahlussunnah Waljama'ah, sebuah pola
nalar dalam Islam yang merujuk kepada al-qr'an dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW, serta Sunnah al-khulafa' ar-Rasyidun. Cara berfikir
semacam itu dirujuk dari Ulama terdahulu, seperti Abu Hasan Al- Asyari
dan Abu Mansur Al-maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang
fiqih mengikuti empat madzhab: Hanafi, Maliki, Syafi'I, dan Hambali.
Sementara dalam bidang tasawuf, NU mengembangkan metode Al-Ghozali dan
Junaidi Al- Bagdadi, yang menginterasikan antara tasawuf dengan
syariat.
- Dalam bermasyarakat, NU mempunyai empat sikap kemasyarakatan, yang
pertama: Tawasuth dan I'tidal. Tawasuth, yaitu sikap moderat yang
berpijak pada prinsip menempatkan diri di tengah-tengah antara dua ujung
tatharruf (ekstremisme) dalam berbagai masalah dan keadaan, untuk
mencapai kebenaran serta keterlanjuran ke kiri atau ke kanan secara
berlebihan. I'tidal berarti tegak lurus, berlaku adil, tidak berpihak
kecuali kepada yang benar dan yang harus dibela. Kedua: Tasamuh, yaitu
sikap toleran yang berintikan penghargaan terhadap perbedaan pandangan
dan kemajemukan identitas budaya masyarakat. Ketiga: Tawazun, sikap
seimbang dalam berkhidmat demi terciptanya keserasian hubungan antara
manusia dengan Allah SWT. Keempat: Amar ma'ruf nahi munkar, yaitu dua
sendi yang mutlak diperlukan untuk menopang tata kehidupan yang diridloi
Allah. Amar ma'ruf artinya mengajak dan mendorong perbuatan baik, baik
yang bermanfaat bagi kehidupan duniawi dan ukhrowi. Sedangkan nahi
munkar artinya menolak dan mencegah segala hal yang dapat merugikan,
merusak, merendahkan dan menjerumuskan nilai-nilai kehidupan. Hanya
dengan melaksanakan dua gerakan ini (amar ma'ruf dan nahi munkar)
kehidupan lahiriyah dan batiniyah kita mencapai kebahagiaan.
2. TUJUAN DIDIRIKANNYA ORGANISASI NU (NAHDLATUL ULAMA).
- Nahdlatul Ulama bertujuan menegakkan ajaran Islam menurut faham
Ahlussunnah Waljamaa'h dan menganut salah satu dari empat madzhab empat
di tengah-tengah kehidupan mesyarakat, di bawah wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
3. NU (NAHDLATUL ULAMA) SEBELUM MENJADI ORGANISASI.
- Awal kelahiran organisasi kaum pesantren yang dibidani oleh KH Wahab
Hasbullah yang mana oraganisasi ini sebagai jam'iyah diniyah ijtima'iyah
yang diawali dengan munculnya beragam organisasi kemasyarakan. dalam
hal ini Nahdlatul Ulama terbentuk dari tiang penyangga mulai dari awal
yaitu Nahdlatul Wathan, Nahdlatul Tujjar, dan Tashwirul Afkar.
- Awal berdirinya Nahdlatul Wathan ini yaitu pada tahun 1916 yang mana
berdirianya Nahdlatul wathan ini sebagai modal awal dalam
mengorganisasikan kelompok Ahlussunnah Waljamaah dalam agendanya yaitu
politik kebangsaan.
- Kemudian pada tahun 1918 KH. Wahab Hasbullah memprakarsai akan adanya
sebuah organisasi baru yang bergerak pada sektor ekonomi dengna
didirikan sebuah koperasi dagang atau koperasi pedagang dengan dikenal
namanya Nahdlatul Tujjar.
- Disamping kedua organisasi ini beliau KH Wahab Hasbullah bersama-sama
dengan KH. Ahmad Dahlan seorang Ulama terkenal dari daerah Kebondalem
Surabaya dan juga bersama Kyai Mas Mansur mendirikan sebuah Organisasi
yang pada dasarnya masih mengedepankan akan pentingnya sebuah pendidikan
yang mana dikemas dengan sedemikian rupa dengan perpaduan model
pendidikan Klasikal akan tetapi pada awalnya organisasi ini adalah
sebagai Forum curah pendapat serta transaksi gagasan, baik menyangkut
persoalan keagamaan, kebangsaan, dan perkembangan Internasional. yang
dinamakan dengan Tashwirul Afkar.
- Dari ketiga organisasi inilah berdiri sebuah Organisasi Sosial
keagamaan yang dinamakan Nahdlatul Ulama. sebuah Organisasi dengan warga
terbesar pertama dinegeri ini dengan deklarasi awalnya jam'iyyah
diniyyah ijtima'iyah dan juga organisasi sosial keagamaan.
- Lahirnya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai Jam’iyah dilatarbelakangi oleh
dua faktor dominan. Pertama, munculnya kekhawatiran terhadap fenomena
gerakan Islam modernis yang bertendensi mengikis identitas kultural dan
paham keagamaan Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) yang telah hidup dan
dipertahankan selama ratusan tahun. Kedua, sebagai respons terhadap
pertarungan ideologis yang terjadi di dunia Islam pasca penghapusan
kekhalifahan Turki Utsmani, munculnya gerakan Pan-Islamisme yang
dipelopori oleh Jamaluddin AlAfghani dan gerakan Wahabi di Hijaz.
4. NU (NAHDLATUL ULAMA) MENJADI ORGANISASI SOSIAL KEAGAMAN DAN KEMASYARAKATAN SEMENJAK DIDIRIKAN SAMPAI SEKARANG.
- NU (Nahdlatul Ulama) Berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 M / 16 Rajab
1344 H di Kota Surabaya - Jawa Timur - Indonesia, yang sampai sekarang
NU mempunyai Gedung Pusat di Jakarta (PBNU) Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama.
- Dari semenjak didirikannya NU Hingga Akhir Tahun 2009 Jaringan
organisasi NU meliputu: 33 Wilayah di Indonesia, 457 Cabang, 4.630
Majlis Wakil Cabang, 47.125 Ranting, dan PBNU Sudah Punya 14 Cabang
Istimewa di Luar Negeri, Secara khusus PCINU (Pengurs Cabang Istimewa)
nanti akan kita bahas, karena PCINU semakin berkembang di Luar negeri.
- NU Resmi berbadan hukum pertama kali, pada tanggal 6 Pebruari 1930 M,
yang kemudian diperbaharui pada tahun 1989 M, berdasarkan keputusan
Menteri Kehakiman RI No. C2-7028. HT.01.05.TH89.
- Setelah NU berdiri dan dapat legalitas resmi dari pemerintah Republik
Indonesia, NU semakin bergerak dalam bidang sosial keagamaan,
kemasyarakatan, pendidikan dan perekonomian dan hal tersebut dilakukan
oleh NU sampai sekarang ini.
- Karena perpolitikan yang sangat kacau saat itu, maka NU terlibat di
Organisasi MASYUMI (Majlis Syuro Muslimin Indonesia) yang merupakan
federasi dari golongan dan partai Islam terbesar di Indonesia di awal
kemerdekaan tahun 1945, rupanya memiliki friksi perpecahan di tubuhnya.
Salah satunya adalah Nampak bahwa kepentingan golongan lebih diutamakan
dibandingkan persatuan organisasi, terutama ketika menghadapi daya
tarik posisi politik formal di alam negara. Akhirnya NU keluar dari
Masyumi, karena NU tidak dapat untung sama sekali jika gabung sama
Masyumi saat itu.
- Keputusan keluarnya NU dari MASYUMI dinyatakan dengan resmi pada kongres NU bulan Mei tahun 1952 di Kota Palembang.
- Terjadi keluarnya NU dari MASYUMI disebabkan beberapa sebab salah
satunya adalah Pimpinan pusat Masyumi dinilai telah didominasi oleh
kelompok Modernis.
- Setelah NU keluar dari Masyumi, NU sempat menyatakan diri sebagai
Partai Politik yang saat itu konon cerita dipimpin langsung oleh KH.
Wahab Hasbullah, bahkan beliau mengatakan kalau gak ada yang mau, maka
saya yang akan mimpin sendiri untuk menjadi partai politik saat itu,
karena Perpolitikan saat itu sangat kejam sekali.
- NU sudah belajar banyak tentang perpolitkan di Indonesia, baru ketika
masa orde baru, Akhirnya NU kembali lagi menyatakan diri sebagai
organisasi kemasyarakatan sampai sekarang ini, yang saat ini kita kenal
dengan istilah NU kembali ke KHITTAH 1926.
- Khittah NU 1926 yang digulirkan lagi dalam Muktamar ke-27 NU tahun
1984 di Situbondo itu selama ini memang menjadi ganjalan buat para kiai
yang ingin terjun membenahi dunia perpolitikan yang sudah sangat sarat
dengan kepentingan sesaat dan sudah tidak mengindahkan prinsip
moralitas dan idealisme, bahkan idiom agama digunakan untuk sebuah
kepentingan meraih target kekuasaan. Tidak sedikit para kiai yang
canggung atau mungkin setengah hati menggeluti dunia politik karena
adanya kekhawatiran dengan keterlibatan secara intens di dunia politik,
berarti telah melanggar Khittah NU.
- Padahal jika kita menggunakan pendekatan kesejarahan, atau latar
sosio-historis munculnya "teks Khittah NU" pada tahun 1984 itu, kita
akan segera tahu sesungguhnya teks Khittah NU itu bukan bermakna lari
dari politik tetapi sebetulnya sejenis "siasat politik kiai untuk
mendapatkan akses kekuasaan (kembali)". (lihat di website Nu online,
tulisan Rois Syuriyah Jawa Timur KH.Miftachul Akhyar tentang Ktittah NU
1926: sebuah tafsir pemahaman).
- Setelah NU resmi menyatakan kembali memilih sebagai Organisasi
Keagamaan, Kemasyarakatan, akhirnya NU memaksimalkan bergerak dibidang
Sosial keagamaan, kemasyarakatan, pendidikan, perekonomian.
- Konsekwensi NU memilih kembali ke KHITTAH 1926, maka NU memilih jarak
sosial yang netral dengan kekuatan politik dan pemerintah. NU
menempatkan diri sebagai organisasi keagamaan yang mandiri dan
independen. NU memiliki sikap politik ada di mana – mana tetapi tidak ke
mana – mana. Artinya NU mempersilahkan warganya memilih dan
menyalurkan aspirasi politiknya kepada parpol manapun, atau memilih
jalur profesi apapun, yang penting mereka selalu sadar bahwa dirinya
sebagai warga nahdliyin.
- Tapi saat ini tidak sedikit warga NU yang masuk partai politik. dan
gak mau kembali lagi ngurusi NU, malah musuhi NU, meremehkan NU, bahkan
mereka dijadikan pengurus partai tersebut. mereka masuk partai politik
yang mengatakan dirinya partai Islam/partai dakwa, dan partai tersebut
mendoktrin warga NU jadi kelompok mereka yang militan, yang mana
militannya melebihi saat dia jadi Anggota NU. Contohnya ada di Sudan dan
dibeberapa negara Timur tengah.
- Dalam hal tertentu NU bisa bersikap tawaquf atau mendukung kebijakan
pemerintah, namun dalam hal lain NU bersikap kritis terhadap setiap
kebijakan yang dianggap tidak sejalan dengan visi kebangsaan yang telah
dirumuskan bersama.
5. NU (NAHDLATUL ULAMA) GO-INTERNASIONAL .
- Tidak heran kalau NU sampai Go-Internasioanl sebab Pemikiran NU sangat
diterima di dunia Interasional, dan NU adalah ormas Islam yang berciri
moderat maka dari itu NU sangat dibutuhkan oleh negara yang sedang
menghadapi ancaman terorisme.
- NU sebagai cermin bangsa Indonesia khususnya umat Islam, sehingga
untuk melihat dinamka Islam Nusantara bahkan Islam non Arab, NU yang
sering dijadikan sebagai tolak ukur. Banyak Ulama Internasional yang
selama ini belajar dari NU. Mereka mengikuti paham keagamaan yang
dirumuskan oleh NU yang cukup berbeda dengan yang ada di Arab. Justru
ini menarik untuk mereka pelajari bahkan mulai mereka terapkan di negara
mereka masing-masing, yang selama ini para santri dan ulama kita yang
belajar ke sana.
- Hal itu lebih tegas terlihat ketika para ulama di berbagai belahan
dunia Timur tengah, baik di Sudan, Maroko, Libanon, Syria dan sebagainya
yang ingin bergabung dengan NU, padahal mereka itu beragam aliran, ada
Sunni dan ada yang Syi'i.
- NU dikenal di dunia Internasioal semenjak PBNU dipimpin "Gus Dur"
(Presiden RI ke-4 yang juga Ketua Umum PBNU periode 1984-1999). Dan
setelah itu diteruskan oleh Ketua Umum PBNU KH.A.Hasyim Muzadi dengan
program ICIS (International Conference of Islamic scholars) yang
mengenalkan Islam Rahmatan Lil 'Alamin, dalam Acara tersebut ICIS
mengundang para Ulama, Ilmuwan dan Cendekiawan muslim seluruh dunia,
yang diadakan tiga kali di Ibu kota Jakarta-Indonesia.
- Pada Muktamar NU ke-30 tahun 1999 di Pondok Pesantren Lirboyo
Kediri-Jawa Timur, muncul sebuah pemikiran mendirikan Cabang NU di Luar
negeri yang diberi nama PCINU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul
Ulama).
- Saat musim haji tahun 2010 PCI-NU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul
Ulama) mengadakan acara "silaturrahmi Internasional ke-11 NU Luar
negeri" di makkah, yang dihadiri oleh 14 Cabang Istimewa yang ada di
luar negeri. Tetapi sekarang PBNU sudah punya 19 Cabang Istimewa di Luar
Negeri baik di Timur tengah, Afrika, Asia dan Barat, sebagaimana
berikut: (PCINU Amerika, PCINU Asutralia, PCINU Inggris, PCINU Yaman,
PCINU Libanon, PCINU Syria, PCINU Mesir, PCINU Taiwan, PCINU Malaysia,
PCINU Jepang, PCINU Pakistan, PCINU Libya, PCINU Mesir, PCINU Yordania,
PCINU Rusia, PCINU Belanda, PCINU Jerman, PCINU Arab Saudi, PCINU
Sudan).
6. PCI-NU SUDAN (PENGURUS CABANG ISTIMEWA NAHDLATUL ULAMA SUDAN). LEGALITAS, SEJARAH BERDIRINYA DAN MEMBUMIKAN NU DI SUDAN.
- NU Khartoum Sudan didirikan di Masjid agung Khartoum Sudan pada
tanggal 6 April 2000 M/ 1 Muharrom 1420 H. dengan dikomandani oleh Bapak
DR.H.Ahmad Sayuti Anshori Nasution, MA sebagai Rois Syuriah dan bapak
H. Muhammad Sangid, MA sebagai Ketua Tanfidziah, periode Awal tahun
2000-2001.
- Pada tanggal 23 Januari 2002, bertempat di Wisma Duta Besar RI
Khartoum Sudan, NU Sudan diresmikan menjadi PCI-NU SUDAN, yang mana saat
itu Ketua Umum PBNU KH. Ahmad Hasyim Muzadi dan beberapa pengurus PBNU
berkunjung ke Sudan dan meresmikan berdirinya PCI-NU SUDAN, dengan
disaksikan langsung oleh Prof.Dr. KH. Said Agil Munawar, MA (Katib 'Aam
PBNU yang juga menjabat sebagai Menteri Agama).
- Setelah NU Sudan diresmikan menjadi PCI-NU SUDAN, kemudian pada
tanggal 23 September 2007, Alhamdulillah PCI-NU SUDAN mendapat pengakuan
resmi dan terdaftar di bawah perlindungan Kementerian Irsyad dan Wakaf
Sudan. Pada periode ini PCI-NU SUDAN dipimpin oleh Bapak H. Muhammad
Amiruddin, MA sebagai Rois Syuriah dan Bapak H. Mirwan Akhmad Taufiq,
BA sebagai ketua Tanfidziah.
- Berdirinya PCI-NU SUDAN tidak lepas dari kebutuhan untuk belajar
berorganisasi, berdakwa dan bermasyarakat. Meskipun banyak tantangan dan
rintangan, baik dari dalam dan dari luar, bahkan saat itu ada sebagian
kelompok yang menginginkan agar NU tidak berdiri di Sudan, Tapi
Alhamdulillah berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT, PCI-NU SUDAN
tetap eksis sampai sekarang.
- Dalam perjalanan sejarahnya, saat ini PCI-NU SUDAN telah masuk pada periode kesembilan.
- Kemudian tujuan didirikannya Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama
Khartoum Sudan tidak lepas dari tujuan yang ditetapkan oleh Muktamar NU
ke-30 tahun 1999 di PP. lirboyo Kediri- Jawa Timur (Bab IV pasal 5
& 6). Namun secara spesifik PCINU SUDAN dibentuk dalam rangka
mensukseskan program "Go-Internasional" yang diantara tujuannya
bertujuan meningkatkan kualitas intelektual kader, mempersiapkan
calon-calon ulama yang berwawasan luas, menjalin silaturrahmi " Ukhuwah
Nahdliyah " (Ukhuwah Islamiyah, Wathoniyah, Basyariyah) dengan
organisasi-organisasi Islam dan organisasi Internasional yang ada,
meningkatkan kualitas hidup Nahdliyin khususnya, Masyarakat pada
umumnya.
- Dan Secara garis besar tujuan PCINU SUDAN periode Tahun ini adalah
merealisasikan visi dan misinya yang dalam hal ini mempunyai visi:
"Mencetak kader ulama yang berkualitas Internasioanal". Dan
merealisasikan misi: "Menjadikan NU sebagai Organisasi yang bermanfaat
bagi seluruh alam (Rahmatan lil 'Alamin)".
- Adapun Visi dan Misi tersebut ditunjang dengan motto: " Memaksimalkan
khidmah dan Membumikan NU di Sudan dengan semangat Intelektual Ulama".
- Alhamdulillah sudah terbukti PCI-SUDAN telah membumikan NU di negara
Sudan ini, dengan adanya para MUSTASYAR PCI-NU SUDAN dari orang sudan
yang jumlahnya tujuh orang, mereka dari berbagai bidang, ada yang dari
Masyayikh Toriqoh, Ulama,Pengusaha, Dokter, Rektor dan Dekan yang ada di
berbagai kampus di Sudan.
- Kantor/Wisma NU Sudan Semenjak NU didirikan sampai sekarang sangat
bermanfaat sekali, terbukti dipakai kegiatan sosial keagamaan,
kemasyarakatan, pengajian untuk WNI yang ada di sudan, dan juga untuk
warga NU khususnya, baik dipakai kegiatan diskusi, Ngaji kitab, membaca
Do'a-do'a, membaca buku maulid Nabi Muhammad SAW, Khatmil Qur'an.
- Dalam hal tertentu PCI-NU SUDAN bisa bersikap tawaquf atau mendukung
kebijakan pemerintah dalam hal ini KBRI, namun dalam hal lain PCI-NU
SUDAN bersikap kritis terhadap setiap kebijakan yang dianggap tidak
sejalan dengan visi kebangsaan yang telah dirumuskan bersama.
7. PERANGKAT ORGANISASI PCI-NU SUDAN.
- Saat ini PCI-NU SUDAN mempunyai 3 Lembaga, 1 Lajnah dan 1 badan Otonom.
- 3 lembaga yang ada di PCI-NU SUDAN yaitu Lembaga Dakwa, Lembaga Kajian
dan pengembangan sumber daya manusia dan Lembaga Perekonomian.
- 1 lajnah yang ada di PCI-NU SUDAN yaitu Lajnah Ta'lif Wa Nasyr.
- 1 Badan Otonom yang ada di PCI-NU SUDAN yaitu Muslimat NU.
- Mereka punya fungsi masing-masing dalam menjalankan Program PCI-NU SUDAN.
8. Beberapa keberhasilan PCI-NU SUDAN.
- Menjalin hubungan dengan Kementerian Irsyad dan Wakaf Sudan, akhirnya PC-NU SUDAN dapat LEGALITAS.
- Menghubungkan PBNU dengan Pemerintah Sudan, Terbukti dengan mengundang
KH. Ahmad Hasyim Muzadi ( Ketua Umum PBNU) dalam acara " Simposium
Menghadapi Problematika Dakwa Islam di Sudan " dalam acara pembukaan
Simposium tersebut Ketua Umum PBNU disandingkan dengan Presiden Sudan
dan juga diberi kesempatan untuk menyampaikan sambutan atas nama PBNU.
Kehadiran Ketua Umu PBNU ke Sudan bersama Perusahaan Supreme Energy.
Dalam kesempatan ini PBNU diberi salah satu Blok Minyak yang ada di
Sudan.
- Aktif dalam kegiatan nasional (Sudan) dan Internasional yang telah diadakan oleh Majlis A'la Liddakwa Al-Islamiyah Sudan.
- Aktif dalam kegiatan yang diadakan oleh WAFIDIN.
- Mengusahakan beasiswa bagi warga NU di Universitas Al-Quran.
- Lembaga Persahabatan Indonesia – Sudan. Dalam hal ini PCI-NU SUDAN
dipercaya untuk menjalankan dua proyek penting yang pertama :
Pengajaran Bahasa Indonesia kepada penduduk Sudan, Yang kedua :
Penerjemahan buku-buku Indonesia kedalam bahasa Arab, dari karya Syekh
Syurkati (Muballigh Sudan sekaligus tokoh pendiri Jam'iyah Al-Irsyad di
Indonesia).
- Menjalin hubungan dengan Dewan Zakat Sudan.
- Menjalin hubungan dengan Al-Majlis Al-Qoumiy li Ad-Dzikri Wa-Dzakirin,
Dan Kegiatan NU dimuat dalam majalah AL-FAYD milik Al-Majlis Al-Qoumiy
li Ad-Dzikri Wa-Dzakirin, yang disebarkan ke beberapa negara Arab.
- Menjalin hubungan dengan Bank Tadamon Sudan.
- Menjalin hubungan dengan Radio resmi milik pemerintah Sudan, dalam hal
ini PCI-NU SUDAN berkesempatan memperkenalkan visi dan misinya
sekaligus menampilkan kesenian REBANA dari tim JSQ (Jam'iyah Syifa'ul
qulub) melalui siaran radio pemerintah Sudan.
- Menjalin hubungan dengan Masyarakat Sudan, Orang-orang asing yang ada
di Sudan, Para Ulama, para Masyayikh Toriqoh dan Para Rektor yang ada
di Universitas Sudan.
- Menjalin hubungan dengan Pengusaha Sudan DR. Al-Fatih Ali Hasanain
yang mendapat Lencana dari Presiden Sudan, seorang tokoh Sufi yang masih
produktif dalam menulis sekaligus mantan aktifis Persatuan Pelajar
Islam di Eropa Timur.
- Menjalin hubungan dengan (DR. Hamd Umar hawy) Pakar politik sekaligus
Dekan Fakultas Ilmu politik Universitas Juba – Khartoum – Sudan. Beliau
punya buku yang berjudul : Corak Negara Islam antara Sekuler dan
Teokrasi.
- Merintis peluang program beasiswa bagi para pelajar Indonesia yang
berminat meneruskan belajar dengan sistem non formal dibeberapa pondok
pesantren (Kholwa) di Sudan.
- Mengusulkan kepada pihak Al-Majlis Al-Qoumiy li Ad-Dzikri Wa-Dzakirin
agar bekerja sama dengan PBNU untuk menyelenggarakan " Muktamar Toriqoh
Internasional " dan usulan ini mendapat sambutan baik.
- Merintis Pengajian Untuk Masyrarakat Indonesia yang ada di Sudan yang saat ini kita kenal dengan pengajian AL-HIJRAH.
- Membentuk Lajnah Bahsul masail.
- Merawat Pengajian yang dikhususkan untuk Para Pekerja Profesional di
Sudan yang saat ini kita kenal dengan pengajian RIYADUL MUHIBBIN.
- Melaksanakan diskusi Ilmiah dan kontemporer dwimingguan di Wisma PCI-NU SUDAN.
- Menerjemahkan sejarah singkat sekaligus proposal NU Sudan ke dalam Bahasa Arab dan Inggris.
- Membuat Buku Profil dalam tiga bahasa yaitu: Bahasa Indonesia, Arab dan Inggris.
- Membuat/Membentuk Panitia Haji dan Panitia Ihya' Ramadlan.
9. PENGURUS PCI-NU SUDAN DARI AWAL BERDIRINYA SAMPAI SEKARANG.
- Dr. H. Ahmad Sayuti Anshori Nasution dan H. Ahmad Sangid,MA(2000-2001)
- Dr. H. Syuhada' Sholeh dan H. Hafidz Muhammad amin, MA (2001-2002)
- H. Muhammad Shofwan, MA dan H. Lathoif Ghozali, MA (2002-2003)
- Dr. M. Badrus Salam, MA dan H. Muhammad Afifullah, MA (2003-2004)
- Dr. M. Badrus Salam, MA dan H.M. Iqbal Luthfi, BS (2004-2005)
- H. Muhammad Afifullah, MA dan H. Hilmy As-shidiqie (2005-2006)
- H. Muhammad Afifullah, MA dan H. Muhammad Shohib Rifa'i (2006-2007)
- H. Muhammad Amiruddin, MA dan H. Mirwan Akhmad Taufiq,BA (2007-2008)
- H. Muhammad Amiruddin, MA dan H. Abdul Wahab Naf'an, BA (2008-2010)
- H. Muhammad Shohib Rifa'i, MA dan H. Abdussalam, BS (2010-2011)
Pustaka :
(1) Hasil – hasil Muktamar NU ke-XXXII, Asrama Haji Makassar 22-27 Maret 2010. Diterbitkan Oleh Sekretariat Jendral PBNU.
(2) M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya. Thahir Luth. Gema Insani Press. 1999.
(3) Sejarah Indonesia Modern. M.C.Ricklefs. Serambi.2008.
(4) Akar Konflik Politik Islam di Indonesia. Dhurorudin Mashad. Pustaka Al Kautsar. 2008.
(5) Sekilas NU Cabang Istimewa Khartoum Sudan, Diterbitkan Oleh Sekretariat PCI-NU SUDAN tahun (2010-2011).
(6) Website resmi PBNU : www.nu.or.id.
(7) Buku sejarah NU yang diterbitkan oleh PBNU tahun 2008.
(8) www.freedom-institute.org/en/page.php?page=profil&detail=artikel&detail=dir&id=421