Selasa, 28 Januari 2014

link sholawat

http://pembela-aswaja.blogspot.com/2011/10/download-dzikir-dan-doa.html
http://www.docstoc.com/docs/78029751/Kumpulan-Shalawat-%28PDF%29

sholawat fatih dan faidahnya



SHALAWAT FATIH

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الْفَاتِحِ لِمَااُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَاسَبَقَ نَاصِرِالْحَقِّ ‍ بِالْحَقِّ وَالْهَادِى اِلَى صِرَاطِك َالْمُسْتَقِيْم وَعَلَى اَلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ الْعَظِيْمِ.
Artinya :       “Yaa Allah limpahkanlah rahmat-Mu kepada Nabi Muhammad saw., dia yang telah membukakan sesuatu yang terkunci (tertutup), dia yang menjadi penutup para Nabi dan Rasul yang terdahulu, dia yang membela agama Allah sesuai dengan petunjuk-Nya dan dia yang memberi petunjuk kepada jalan agama-Mu. Semoga rahmat-Mu dilimpahkan kepada keluarganya yaitu rahmat yang sesuai dengan kepangkatan Nabi Muhammad saw”.

 Allah-umma Salli 'ala Sayyidina Mohammadin al-Fati'hi limaa ughliqa, wal khatimi limaa sabaqa, Naasiri-l-'Haqqi bil-'Haqqi wal Hadi ilaa Siratiqa-l-Mustaqim, wa 'ala aalihi 'haqqa Qadrihi wa Miqdaarihi-l-'Adhim.


FADHILAH SHOLAWAT FATIH

1.   Membaca 1 kali sehari semalam mendapat kebahagiaan dunia akhirat
2.    Dilebur seluruh dosanya dan berbanding dengan seluruh tasbih dan dzikir, doa (yang
       panjang atau pendek) yang ada di alam Dunia sebanyak 6.000 kali lipat
3.    Membaca 10 kali akan mendapat pahala yang lebih besar daripada pahala wali yang
       berumur/masa 1.000.000 tahun (wali yang berzikir atau tidak berzikir)
4.    1 kali shalawat Fatih berbanding dengan 600.000 shalawat daripada shalawat-
       shalawat malaikat, manusia, jin dari yang pertama yang diciptakan oleh Allah sampai
       waktu berdzikir/selesai
5.    2 kali membaca shalawat Fatih akan menghasilkan pahala berlipat ganda dengan
       pahala pembacaan shalawat Fatih yang pertama
6.    Orang yang mendawamkan membaca shalawat Fatih setiap hari 1 kali maka
       meninggalnya membawa Iman Islam
7.    Membaca Shalawat Fatih malam Jumat 100 kali maka dilebur oleh Allah dosa-
       dosanya selama 400 tahun
8.    Shalawat Fatih berbanding dengan 100.000 umat (membaca 1 kali)  dan yang satu
       daripada 100.000 umat terdiri dari 100.000 kabilah dan yang satu dari pada 100.000
       kabilah terdiri daripada 100.000 orang yang berumur satu dari daripada 100.000
       orang 100.000 tahun dan yang berdzikir daripada 100.000 tahun membacanya  
       100.000 kali shalawat selain Shalawat Fatih ditambah dengan pahala seluruh ummat
       masih lebih banyak pahalanya membaca Shalawat Fatih 1 kali.

Rabu, 22 Januari 2014

download kitab kitab untuk hp java

http://sir-cholis.mywapblog.com/aplikasi-kitab-fiqih-untuk-ponsel-javasy.xhtml
http://mujib-aryana.mywapblog.com/download-aplikasi-islam-fiqih.xhtml
http://blog-pmiikutim.blogspot.com/2012/12/download-kitab-kitab-buat-hp-java.html

apasih NU itu????

Apa itu NU

…………………" NU "……………….
Orang Indonesia Bertanya : Apa sih NU itu……...…….?
Orang Madura Bertanya : Saungkunah NU jiyeh aparah kah……?
Orang Sunda Bertanya : Ari NU teh Naon……?
Orang Sudan Bertanya : ماهي نهضة العلماء.....؟
Orang Inggris Bertanya : What is NU…?
Orang Betawi Bertanya : NU Itu Ape Sih……….?
Orang Jawa Bertanya : Opo sih NU iku…………?
(Rangkuman singkat " Muhammad Shohib Rifa'i " untuk mengenal NU di era Moderen dan sebagai benteng warga NU agar tidak mudah dirayu oleh Kelompok/Aliran/Partai politik yang tidak sejalan dengan NU)
MUQADDIMAH
Tidak terasa sudah 85 tahun umur Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi sosial keagamaaan (jam‘iyah diniyah ijtima‘iyah) berdiri. Tidak dipungkiri pula jika organisasi yang didirikan KH Hasyim Asy’ari (Rois Akbar NU) pada tanggal 31 Januari 1926 itu telah memberi warna kehidupan negera Indonesia dan tidak dipungkiri juga bahwa PCI-NU SUDAN dalam perannya ikut membantu KBRI Khartoum Sudan, Ini bisa dilihat dari kegiatan dan program PCI-NU SUDAN. Umur 85 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Berbagai dinamika mewarnai perjalanan NU selama kurun waktu itu.
Maka dari itu kita harus tau lebih dalam sejarah NU, sehinggah kita faham perjuangan NU dari masa ke masa. Lebih dari itu kita harus faham tentang NU dan bisa memahamkan kepada sekeliling kita tentang NU itu sendiri. Dan kita harus bisa membedakan antara ORMAS (Organisasi Kemasyarakatan), PARPOL (Partai Politik), Organisasi Kemahasiswaan dan Organisasi Kekeluargaan. dengan merayakan Harla NU ke-85 ini, kita semakin CINTA kepada NU dan bisa merasakan pentingnya berorganisasi. Melalui tulisan ini penulis mencoba untuk mengurai perjalanan NU hingga konteks kekinian.

1. APA SIH NU ITU………..?
- NU adalah Singkatan dari Nahdlatul Ulama.
- NU adalah organisasi keagamaan sekaligus organisasi kemasyarakatan terbesar dalam lintasan sejarah bangsa Indonesia, mempunyai makna penting dan ikut menentukan perjalanan sejarah bangsa Indonesia, NU lahir dan berkembang dengan corak dan kulturnya sendiri. Sebagai organisasi berwatak keagamaan Ahlussunnah Wal Jama'ah, maka NU menampilkan sikap akomodatif terhadap berbagai madzhab keagamaan yang ada di sekitarnya. NU tidak pernah berfikir menyatukan apalagi menghilangkan mazdhab-mazdhab keagamaan yang ada. Dan sebagai organisasi kemasyarakatan, NU menampilkan sikap toleransi terhadap nilai-nilai lokal. NU berakulturasi dan berinteraksi positif dengan tradisi dan budaya masyarakat lokal. Dengan demikian NU memiliki wawasan multikultural, dalam arti kebijakan sosialnya bukan melindungi tradisi atau budaya setempat, tetapi mengakui manifestasi tradisi dan budaya setempat yang memiliki hak hidup di Republik Indonesia tercinta ini. Sikap ini sesuai dengan inti faham keislaman NU yang sejalan dengan hadis Nabi Muhammad SAW : Al-hikmatu dlaallatul mu'min, fahaitsu wajadaha fahuwa ahaqqu biha. Hikmah atau nilai-nilai positif untuk umat Islam, darimanapun asalnya ambillah karena itu miliknya umat Islam. Proses akulturasi tersebut telah menampilkan wajah Islam yang berkeindonesiaan, wajah yang ramah terhadap nilai budaya lokal dan terbuka dengan nilai-nilai universal yang positif. NU juga menghargai perbedaan agama, tradisi, dan kepercayaan, yang merupakan yang merupakan warisan budaya Nusantara. Sikap yang demikian inilah yang memudahkan NU diterima di semua lapisan masyarakat di seluruh kepulauan Nusantara. (Lihat di buku hasil-hasil muktamar NU, Pidato Rais Aam PBNU KH. A.M. Sahal Mahfudz Pada Pembukan Muktamar ke-32).
- Dalam faham keagamaan, NU menganut Ahlussunnah Waljama'ah, sebuah pola nalar dalam Islam yang merujuk kepada al-qr'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, serta Sunnah al-khulafa' ar-Rasyidun. Cara berfikir semacam itu dirujuk dari Ulama terdahulu, seperti Abu Hasan Al- Asyari dan Abu Mansur Al-maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fiqih mengikuti empat madzhab: Hanafi, Maliki, Syafi'I, dan Hambali. Sementara dalam bidang tasawuf, NU mengembangkan metode Al-Ghozali dan Junaidi Al- Bagdadi, yang menginterasikan antara tasawuf dengan syariat.
- Dalam bermasyarakat, NU mempunyai empat sikap kemasyarakatan, yang pertama: Tawasuth dan I'tidal. Tawasuth, yaitu sikap moderat yang berpijak pada prinsip menempatkan diri di tengah-tengah antara dua ujung tatharruf (ekstremisme) dalam berbagai masalah dan keadaan, untuk mencapai kebenaran serta keterlanjuran ke kiri atau ke kanan secara berlebihan. I'tidal berarti tegak lurus, berlaku adil, tidak berpihak kecuali kepada yang benar dan yang harus dibela. Kedua: Tasamuh, yaitu sikap toleran yang berintikan penghargaan terhadap perbedaan pandangan dan kemajemukan identitas budaya masyarakat. Ketiga: Tawazun, sikap seimbang dalam berkhidmat demi terciptanya keserasian hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Keempat: Amar ma'ruf nahi munkar, yaitu dua sendi yang mutlak diperlukan untuk menopang tata kehidupan yang diridloi Allah. Amar ma'ruf artinya mengajak dan mendorong perbuatan baik, baik yang bermanfaat bagi kehidupan duniawi dan ukhrowi. Sedangkan nahi munkar artinya menolak dan mencegah segala hal yang dapat merugikan, merusak, merendahkan dan menjerumuskan nilai-nilai kehidupan. Hanya dengan melaksanakan dua gerakan ini (amar ma'ruf dan nahi munkar) kehidupan lahiriyah dan batiniyah kita mencapai kebahagiaan.

2. TUJUAN DIDIRIKANNYA ORGANISASI NU (NAHDLATUL ULAMA).
- Nahdlatul Ulama bertujuan menegakkan ajaran Islam menurut faham Ahlussunnah Waljamaa'h dan menganut salah satu dari empat madzhab empat di tengah-tengah kehidupan mesyarakat, di bawah wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. NU (NAHDLATUL ULAMA) SEBELUM MENJADI ORGANISASI.
- Awal kelahiran organisasi kaum pesantren yang dibidani oleh KH Wahab Hasbullah yang mana oraganisasi ini sebagai jam'iyah diniyah ijtima'iyah yang diawali dengan munculnya beragam organisasi kemasyarakan. dalam hal ini Nahdlatul Ulama terbentuk dari tiang penyangga mulai dari awal yaitu Nahdlatul Wathan, Nahdlatul Tujjar, dan Tashwirul Afkar.
- Awal berdirinya Nahdlatul Wathan ini yaitu pada tahun 1916 yang mana berdirianya Nahdlatul wathan ini sebagai modal awal dalam mengorganisasikan kelompok Ahlussunnah Waljamaah dalam agendanya yaitu politik kebangsaan.
- Kemudian pada tahun 1918 KH. Wahab Hasbullah memprakarsai akan adanya sebuah organisasi baru yang bergerak pada sektor ekonomi dengna didirikan sebuah koperasi dagang atau koperasi pedagang dengan dikenal namanya Nahdlatul Tujjar.
- Disamping kedua organisasi ini beliau KH Wahab Hasbullah bersama-sama dengan KH. Ahmad Dahlan seorang Ulama terkenal dari daerah Kebondalem Surabaya dan juga bersama Kyai Mas Mansur mendirikan sebuah Organisasi yang pada dasarnya masih mengedepankan akan pentingnya sebuah pendidikan yang mana dikemas dengan sedemikian rupa dengan perpaduan model pendidikan Klasikal akan tetapi pada awalnya organisasi ini adalah sebagai Forum curah pendapat serta transaksi gagasan, baik menyangkut persoalan keagamaan, kebangsaan, dan perkembangan Internasional. yang dinamakan dengan Tashwirul Afkar.
- Dari ketiga organisasi inilah berdiri sebuah Organisasi Sosial keagamaan yang dinamakan Nahdlatul Ulama. sebuah Organisasi dengan warga terbesar pertama dinegeri ini dengan deklarasi awalnya jam'iyyah diniyyah ijtima'iyah dan juga organisasi sosial keagamaan.
- Lahirnya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai Jam’iyah dilatarbelakangi oleh dua faktor dominan. Pertama, munculnya kekhawatiran terhadap fenomena gerakan Islam modernis yang bertendensi mengikis identitas kultural dan paham keagamaan Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) yang telah hidup dan dipertahankan selama ratusan tahun. Kedua, sebagai respons terhadap pertarungan ideologis yang terjadi di dunia Islam pasca penghapusan kekhalifahan Turki Utsmani, munculnya gerakan Pan-Islamisme yang dipelopori oleh Jamaluddin AlAfghani dan gerakan Wahabi di Hijaz.

4. NU (NAHDLATUL ULAMA) MENJADI ORGANISASI SOSIAL KEAGAMAN DAN KEMASYARAKATAN SEMENJAK DIDIRIKAN SAMPAI SEKARANG.
- NU (Nahdlatul Ulama) Berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 M / 16 Rajab 1344 H di Kota Surabaya - Jawa Timur - Indonesia, yang sampai sekarang NU mempunyai Gedung Pusat di Jakarta (PBNU) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
- Dari semenjak didirikannya NU Hingga Akhir Tahun 2009 Jaringan organisasi NU meliputu: 33 Wilayah di Indonesia, 457 Cabang, 4.630 Majlis Wakil Cabang, 47.125 Ranting, dan PBNU Sudah Punya 14 Cabang Istimewa di Luar Negeri, Secara khusus PCINU (Pengurs Cabang Istimewa) nanti akan kita bahas, karena PCINU semakin berkembang di Luar negeri.
- NU Resmi berbadan hukum pertama kali, pada tanggal 6 Pebruari 1930 M, yang kemudian diperbaharui pada tahun 1989 M, berdasarkan keputusan Menteri Kehakiman RI No. C2-7028. HT.01.05.TH89.
- Setelah NU berdiri dan dapat legalitas resmi dari pemerintah Republik Indonesia, NU semakin bergerak dalam bidang sosial keagamaan, kemasyarakatan, pendidikan dan perekonomian dan hal tersebut dilakukan oleh NU sampai sekarang ini.
- Karena perpolitikan yang sangat kacau saat itu, maka NU terlibat di Organisasi MASYUMI (Majlis Syuro Muslimin Indonesia) yang merupakan federasi dari golongan dan partai Islam terbesar di Indonesia di awal kemerdekaan tahun 1945, rupanya memiliki friksi perpecahan di tubuhnya. Salah satunya adalah Nampak bahwa kepentingan golongan lebih diutamakan dibandingkan persatuan organisasi, terutama ketika menghadapi daya tarik posisi politik formal di alam negara. Akhirnya NU keluar dari Masyumi, karena NU tidak dapat untung sama sekali jika gabung sama Masyumi saat itu.
- Keputusan keluarnya NU dari MASYUMI dinyatakan dengan resmi pada kongres NU bulan Mei tahun 1952 di Kota Palembang.
- Terjadi keluarnya NU dari MASYUMI disebabkan beberapa sebab salah satunya adalah Pimpinan pusat Masyumi dinilai telah didominasi oleh kelompok Modernis.
- Setelah NU keluar dari Masyumi, NU sempat menyatakan diri sebagai Partai Politik yang saat itu konon cerita dipimpin langsung oleh KH. Wahab Hasbullah, bahkan beliau mengatakan kalau gak ada yang mau, maka saya yang akan mimpin sendiri untuk menjadi partai politik saat itu, karena Perpolitikan saat itu sangat kejam sekali.
- NU sudah belajar banyak tentang perpolitkan di Indonesia, baru ketika masa orde baru, Akhirnya NU kembali lagi menyatakan diri sebagai organisasi kemasyarakatan sampai sekarang ini, yang saat ini kita kenal dengan istilah NU kembali ke KHITTAH 1926.
- Khittah NU 1926 yang digulirkan lagi dalam Muktamar ke-27 NU tahun 1984 di Situbondo itu selama ini memang menjadi ganjalan buat para kiai yang ingin terjun membenahi dunia perpolitikan yang sudah sangat sarat dengan kepentingan sesaat dan sudah tidak mengindahkan prinsip moralitas dan idealisme, bahkan idiom agama digunakan untuk sebuah kepentingan meraih target kekuasaan. Tidak sedikit para kiai yang canggung atau mungkin setengah hati menggeluti dunia politik karena adanya kekhawatiran dengan keterlibatan secara intens di dunia politik, berarti telah melanggar Khittah NU.
- Padahal jika kita menggunakan pendekatan kesejarahan, atau latar sosio-historis munculnya "teks Khittah NU" pada tahun 1984 itu, kita akan segera tahu sesungguhnya teks Khittah NU itu bukan bermakna lari dari politik tetapi sebetulnya sejenis "siasat politik kiai untuk mendapatkan akses kekuasaan (kembali)". (lihat di website Nu online, tulisan Rois Syuriyah Jawa Timur KH.Miftachul Akhyar tentang Ktittah NU 1926: sebuah tafsir pemahaman).
- Setelah NU resmi menyatakan kembali memilih sebagai Organisasi Keagamaan, Kemasyarakatan, akhirnya NU memaksimalkan bergerak dibidang Sosial keagamaan, kemasyarakatan, pendidikan, perekonomian.
- Konsekwensi NU memilih kembali ke KHITTAH 1926, maka NU memilih jarak sosial yang netral dengan kekuatan politik dan pemerintah. NU menempatkan diri sebagai organisasi keagamaan yang mandiri dan independen. NU memiliki sikap politik ada di mana – mana tetapi tidak ke mana – mana. Artinya NU mempersilahkan warganya memilih dan menyalurkan aspirasi politiknya kepada parpol manapun, atau memilih jalur profesi apapun, yang penting mereka selalu sadar bahwa dirinya sebagai warga nahdliyin.
- Tapi saat ini tidak sedikit warga NU yang masuk partai politik. dan gak mau kembali lagi ngurusi NU, malah musuhi NU, meremehkan NU, bahkan mereka dijadikan pengurus partai tersebut. mereka masuk partai politik yang mengatakan dirinya partai Islam/partai dakwa, dan partai tersebut mendoktrin warga NU jadi kelompok mereka yang militan, yang mana militannya melebihi saat dia jadi Anggota NU. Contohnya ada di Sudan dan dibeberapa negara Timur tengah.
- Dalam hal tertentu NU bisa bersikap tawaquf atau mendukung kebijakan pemerintah, namun dalam hal lain NU bersikap kritis terhadap setiap kebijakan yang dianggap tidak sejalan dengan visi kebangsaan yang telah dirumuskan bersama.

5. NU (NAHDLATUL ULAMA) GO-INTERNASIONAL .
- Tidak heran kalau NU sampai Go-Internasioanl sebab Pemikiran NU sangat diterima di dunia Interasional, dan NU adalah ormas Islam yang berciri moderat maka dari itu NU sangat dibutuhkan oleh negara yang sedang menghadapi ancaman terorisme.
- NU sebagai cermin bangsa Indonesia khususnya umat Islam, sehingga untuk melihat dinamka Islam Nusantara bahkan Islam non Arab, NU yang sering dijadikan sebagai tolak ukur. Banyak Ulama Internasional yang selama ini belajar dari NU. Mereka mengikuti paham keagamaan yang dirumuskan oleh NU yang cukup berbeda dengan yang ada di Arab. Justru ini menarik untuk mereka pelajari bahkan mulai mereka terapkan di negara mereka masing-masing, yang selama ini para santri dan ulama kita yang belajar ke sana.
- Hal itu lebih tegas terlihat ketika para ulama di berbagai belahan dunia Timur tengah, baik di Sudan, Maroko, Libanon, Syria dan sebagainya yang ingin bergabung dengan NU, padahal mereka itu beragam aliran, ada Sunni dan ada yang Syi'i.
- NU dikenal di dunia Internasioal semenjak PBNU dipimpin "Gus Dur" (Presiden RI ke-4 yang juga Ketua Umum PBNU periode 1984-1999). Dan setelah itu diteruskan oleh Ketua Umum PBNU KH.A.Hasyim Muzadi dengan program ICIS (International Conference of Islamic scholars) yang mengenalkan Islam Rahmatan Lil 'Alamin, dalam Acara tersebut ICIS mengundang para Ulama, Ilmuwan dan Cendekiawan muslim seluruh dunia, yang diadakan tiga kali di Ibu kota Jakarta-Indonesia.
- Pada Muktamar NU ke-30 tahun 1999 di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri-Jawa Timur, muncul sebuah pemikiran mendirikan Cabang NU di Luar negeri yang diberi nama PCINU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama).
- Saat musim haji tahun 2010 PCI-NU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama) mengadakan acara "silaturrahmi Internasional ke-11 NU Luar negeri" di makkah, yang dihadiri oleh 14 Cabang Istimewa yang ada di luar negeri. Tetapi sekarang PBNU sudah punya 19 Cabang Istimewa di Luar Negeri baik di Timur tengah, Afrika, Asia dan Barat, sebagaimana berikut: (PCINU Amerika, PCINU Asutralia, PCINU Inggris, PCINU Yaman, PCINU Libanon, PCINU Syria, PCINU Mesir, PCINU Taiwan, PCINU Malaysia, PCINU Jepang, PCINU Pakistan, PCINU Libya, PCINU Mesir, PCINU Yordania, PCINU Rusia, PCINU Belanda, PCINU Jerman, PCINU Arab Saudi, PCINU Sudan).

6. PCI-NU SUDAN (PENGURUS CABANG ISTIMEWA NAHDLATUL ULAMA SUDAN). LEGALITAS, SEJARAH BERDIRINYA DAN MEMBUMIKAN NU DI SUDAN.
- NU Khartoum Sudan didirikan di Masjid agung Khartoum Sudan pada tanggal 6 April 2000 M/ 1 Muharrom 1420 H. dengan dikomandani oleh Bapak DR.H.Ahmad Sayuti Anshori Nasution, MA sebagai Rois Syuriah dan bapak H. Muhammad Sangid, MA sebagai Ketua Tanfidziah, periode Awal tahun 2000-2001.
- Pada tanggal 23 Januari 2002, bertempat di Wisma Duta Besar RI Khartoum Sudan, NU Sudan diresmikan menjadi PCI-NU SUDAN, yang mana saat itu Ketua Umum PBNU KH. Ahmad Hasyim Muzadi dan beberapa pengurus PBNU berkunjung ke Sudan dan meresmikan berdirinya PCI-NU SUDAN, dengan disaksikan langsung oleh Prof.Dr. KH. Said Agil Munawar, MA (Katib 'Aam PBNU yang juga menjabat sebagai Menteri Agama).
- Setelah NU Sudan diresmikan menjadi PCI-NU SUDAN, kemudian pada tanggal 23 September 2007, Alhamdulillah PCI-NU SUDAN mendapat pengakuan resmi dan terdaftar di bawah perlindungan Kementerian Irsyad dan Wakaf Sudan. Pada periode ini PCI-NU SUDAN dipimpin oleh Bapak H. Muhammad Amiruddin, MA sebagai Rois Syuriah dan Bapak H. Mirwan Akhmad Taufiq, BA sebagai ketua Tanfidziah.
- Berdirinya PCI-NU SUDAN tidak lepas dari kebutuhan untuk belajar berorganisasi, berdakwa dan bermasyarakat. Meskipun banyak tantangan dan rintangan, baik dari dalam dan dari luar, bahkan saat itu ada sebagian kelompok yang menginginkan agar NU tidak berdiri di Sudan, Tapi Alhamdulillah berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT, PCI-NU SUDAN tetap eksis sampai sekarang.
- Dalam perjalanan sejarahnya, saat ini PCI-NU SUDAN telah masuk pada periode kesembilan.
- Kemudian tujuan didirikannya Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Khartoum Sudan tidak lepas dari tujuan yang ditetapkan oleh Muktamar NU ke-30 tahun 1999 di PP. lirboyo Kediri- Jawa Timur (Bab IV pasal 5 & 6). Namun secara spesifik PCINU SUDAN dibentuk dalam rangka mensukseskan program "Go-Internasional" yang diantara tujuannya bertujuan meningkatkan kualitas intelektual kader, mempersiapkan calon-calon ulama yang berwawasan luas, menjalin silaturrahmi " Ukhuwah Nahdliyah " (Ukhuwah Islamiyah, Wathoniyah, Basyariyah) dengan organisasi-organisasi Islam dan organisasi Internasional yang ada, meningkatkan kualitas hidup Nahdliyin khususnya, Masyarakat pada umumnya.
- Dan Secara garis besar tujuan PCINU SUDAN periode Tahun ini adalah merealisasikan visi dan misinya yang dalam hal ini mempunyai visi: "Mencetak kader ulama yang berkualitas Internasioanal". Dan merealisasikan misi: "Menjadikan NU sebagai Organisasi yang bermanfaat bagi seluruh alam (Rahmatan lil 'Alamin)".
- Adapun Visi dan Misi tersebut ditunjang dengan motto: " Memaksimalkan khidmah dan Membumikan NU di Sudan dengan semangat Intelektual Ulama".
- Alhamdulillah sudah terbukti PCI-SUDAN telah membumikan NU di negara Sudan ini, dengan adanya para MUSTASYAR PCI-NU SUDAN dari orang sudan yang jumlahnya tujuh orang, mereka dari berbagai bidang, ada yang dari Masyayikh Toriqoh, Ulama,Pengusaha, Dokter, Rektor dan Dekan yang ada di berbagai kampus di Sudan.
- Kantor/Wisma NU Sudan Semenjak NU didirikan sampai sekarang sangat bermanfaat sekali, terbukti dipakai kegiatan sosial keagamaan, kemasyarakatan, pengajian untuk WNI yang ada di sudan, dan juga untuk warga NU khususnya, baik dipakai kegiatan diskusi, Ngaji kitab, membaca Do'a-do'a, membaca buku maulid Nabi Muhammad SAW, Khatmil Qur'an.
- Dalam hal tertentu PCI-NU SUDAN bisa bersikap tawaquf atau mendukung kebijakan pemerintah dalam hal ini KBRI, namun dalam hal lain PCI-NU SUDAN bersikap kritis terhadap setiap kebijakan yang dianggap tidak sejalan dengan visi kebangsaan yang telah dirumuskan bersama.



7. PERANGKAT ORGANISASI PCI-NU SUDAN.
- Saat ini PCI-NU SUDAN mempunyai 3 Lembaga, 1 Lajnah dan 1 badan Otonom.
- 3 lembaga yang ada di PCI-NU SUDAN yaitu Lembaga Dakwa, Lembaga Kajian dan pengembangan sumber daya manusia dan Lembaga Perekonomian.
- 1 lajnah yang ada di PCI-NU SUDAN yaitu Lajnah Ta'lif Wa Nasyr.
- 1 Badan Otonom yang ada di PCI-NU SUDAN yaitu Muslimat NU.
- Mereka punya fungsi masing-masing dalam menjalankan Program PCI-NU SUDAN.

8. Beberapa keberhasilan PCI-NU SUDAN.
- Menjalin hubungan dengan Kementerian Irsyad dan Wakaf Sudan, akhirnya PC-NU SUDAN dapat LEGALITAS.
- Menghubungkan PBNU dengan Pemerintah Sudan, Terbukti dengan mengundang KH. Ahmad Hasyim Muzadi ( Ketua Umum PBNU) dalam acara " Simposium Menghadapi Problematika Dakwa Islam di Sudan " dalam acara pembukaan Simposium tersebut Ketua Umum PBNU disandingkan dengan Presiden Sudan dan juga diberi kesempatan untuk menyampaikan sambutan atas nama PBNU. Kehadiran Ketua Umu PBNU ke Sudan bersama Perusahaan Supreme Energy. Dalam kesempatan ini PBNU diberi salah satu Blok Minyak yang ada di Sudan.
- Aktif dalam kegiatan nasional (Sudan) dan Internasional yang telah diadakan oleh Majlis A'la Liddakwa Al-Islamiyah Sudan.
- Aktif dalam kegiatan yang diadakan oleh WAFIDIN.
- Mengusahakan beasiswa bagi warga NU di Universitas Al-Quran.
- Lembaga Persahabatan Indonesia – Sudan. Dalam hal ini PCI-NU SUDAN dipercaya untuk menjalankan dua proyek penting yang pertama : Pengajaran Bahasa Indonesia kepada penduduk Sudan, Yang kedua : Penerjemahan buku-buku Indonesia kedalam bahasa Arab, dari karya Syekh Syurkati (Muballigh Sudan sekaligus tokoh pendiri Jam'iyah Al-Irsyad di Indonesia).
- Menjalin hubungan dengan Dewan Zakat Sudan.
- Menjalin hubungan dengan Al-Majlis Al-Qoumiy li Ad-Dzikri Wa-Dzakirin, Dan Kegiatan NU dimuat dalam majalah AL-FAYD milik Al-Majlis Al-Qoumiy li Ad-Dzikri Wa-Dzakirin, yang disebarkan ke beberapa negara Arab.
- Menjalin hubungan dengan Bank Tadamon Sudan.
- Menjalin hubungan dengan Radio resmi milik pemerintah Sudan, dalam hal ini PCI-NU SUDAN berkesempatan memperkenalkan visi dan misinya sekaligus menampilkan kesenian REBANA dari tim JSQ (Jam'iyah Syifa'ul qulub) melalui siaran radio pemerintah Sudan.
- Menjalin hubungan dengan Masyarakat Sudan, Orang-orang asing yang ada di Sudan, Para Ulama, para Masyayikh Toriqoh dan Para Rektor yang ada di Universitas Sudan.
- Menjalin hubungan dengan Pengusaha Sudan DR. Al-Fatih Ali Hasanain yang mendapat Lencana dari Presiden Sudan, seorang tokoh Sufi yang masih produktif dalam menulis sekaligus mantan aktifis Persatuan Pelajar Islam di Eropa Timur.
- Menjalin hubungan dengan (DR. Hamd Umar hawy) Pakar politik sekaligus Dekan Fakultas Ilmu politik Universitas Juba – Khartoum – Sudan. Beliau punya buku yang berjudul : Corak Negara Islam antara Sekuler dan Teokrasi.
- Merintis peluang program beasiswa bagi para pelajar Indonesia yang berminat meneruskan belajar dengan sistem non formal dibeberapa pondok pesantren (Kholwa) di Sudan.
- Mengusulkan kepada pihak Al-Majlis Al-Qoumiy li Ad-Dzikri Wa-Dzakirin agar bekerja sama dengan PBNU untuk menyelenggarakan " Muktamar Toriqoh Internasional " dan usulan ini mendapat sambutan baik.
- Merintis Pengajian Untuk Masyrarakat Indonesia yang ada di Sudan yang saat ini kita kenal dengan pengajian AL-HIJRAH.
- Membentuk Lajnah Bahsul masail.
- Merawat Pengajian yang dikhususkan untuk Para Pekerja Profesional di Sudan yang saat ini kita kenal dengan pengajian RIYADUL MUHIBBIN.
- Melaksanakan diskusi Ilmiah dan kontemporer dwimingguan di Wisma PCI-NU SUDAN.
- Menerjemahkan sejarah singkat sekaligus proposal NU Sudan ke dalam Bahasa Arab dan Inggris.
- Membuat Buku Profil dalam tiga bahasa yaitu: Bahasa Indonesia, Arab dan Inggris.
- Membuat/Membentuk Panitia Haji dan Panitia Ihya' Ramadlan.

9. PENGURUS PCI-NU SUDAN DARI AWAL BERDIRINYA SAMPAI SEKARANG.
- Dr. H. Ahmad Sayuti Anshori Nasution dan H. Ahmad Sangid,MA(2000-2001)
- Dr. H. Syuhada' Sholeh dan H. Hafidz Muhammad amin, MA (2001-2002)
- H. Muhammad Shofwan, MA dan H. Lathoif Ghozali, MA (2002-2003)
- Dr. M. Badrus Salam, MA dan H. Muhammad Afifullah, MA (2003-2004)
- Dr. M. Badrus Salam, MA dan H.M. Iqbal Luthfi, BS (2004-2005)
- H. Muhammad Afifullah, MA dan H. Hilmy As-shidiqie (2005-2006)
- H. Muhammad Afifullah, MA dan H. Muhammad Shohib Rifa'i (2006-2007)
- H. Muhammad Amiruddin, MA dan H. Mirwan Akhmad Taufiq,BA (2007-2008)
- H. Muhammad Amiruddin, MA dan H. Abdul Wahab Naf'an, BA (2008-2010)
- H. Muhammad Shohib Rifa'i, MA dan H. Abdussalam, BS (2010-2011)

Pustaka :
(1) Hasil – hasil Muktamar NU ke-XXXII, Asrama Haji Makassar 22-27 Maret 2010. Diterbitkan Oleh Sekretariat Jendral PBNU.
(2) M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya. Thahir Luth. Gema Insani Press. 1999.
(3) Sejarah Indonesia Modern. M.C.Ricklefs. Serambi.2008.
(4) Akar Konflik Politik Islam di Indonesia. Dhurorudin Mashad. Pustaka Al Kautsar. 2008.
(5) Sekilas NU Cabang Istimewa Khartoum Sudan, Diterbitkan Oleh Sekretariat PCI-NU SUDAN tahun (2010-2011).
(6) Website resmi PBNU : www.nu.or.id.
(7) Buku sejarah NU yang diterbitkan oleh PBNU tahun 2008.
(8) www.freedom-institute.org/en/page.php?page=profil&detail=artikel&detail=dir&id=421

Sejarah Berdirinya Nahdlatul Ulama' (NU)

Sejarah Berdirinya Nahdlatul Ulama' (NU)


SEJARAH NU : Ada tiga orang tokoh ulama yang memainkan peran sangat penting dalam proses pendirian Jamiyyah Nahdlatul Ulama (NU) yaitu Kiai Wahab Chasbullah (Surabaya asal Jombang), Kiai Hasyim Asy’ari (Jombang) dan Kiai Muhammad Cholil Bangkalan. Mujammil Qomar, penulis buku “NU Liberal: Dari Tradisionalisme Ahlussunnah ke Universalisme Islam”, melukiskan peran ketiganya sebagai berikut Kiai Wahab sebagai pencetus ide, Kiai Hasyim sebagai pemegang kunci, dan Kiai Muhammad Cholil sebagai penentu berdirinya.

Tentu selain dari ketiga tokoh ulama tersebut , masih ada beberapa tokoh lainnya yang turut memainkan peran penting. Sebut saja KH. Nawawie Noerhasan dari Pondok Pesantren Sidogiri. Setelah meminta restu kepada Kiai Hasyim seputar rencana pendirian Jamiyyah. Kiai Wahab oleh Kiai Hasyim diminta untuk menemui Kiai Nawawie. Atas petunjuk dari Kiai Hasyim pula, Kiai Ridhwan-yang diberi tugas oleh Kiai Hasyim untuk membuat lambang NU- juga menemui Kiai Nawawie. Tulisan ini mencoba mendiskripsikan peran Kiai Wahab, Kiai Hasyim, Kiai Cholil dan tokoh-tokoh ulama lainnya dalam proses berdirinya NU.

Keresahan Kiai Hasyim

Bermula dari keresahan batin yang melanda Kiai Hasyim. Keresahan itu muncul setelah Kiai Wahab meminta saran dan nasehatnya sehubungan dengan ide untuk mendirikan jamiyyah / organisasi bagi para ulama ahlussunnah wal jamaah. Meski memiliki jangkauan pengaruh yang sangat luas, untuk urusan yang nantinya akan melibatkan para kiai dari berbagai pondok pesantren ini, Kiai Hasyim tak mungkin untuk mengambil keputusan sendiri. Sebelum melangkah, banyak hal yang harus dipertimbangkan, juga masih perlu untuk meminta pendapat dan masukan dari kiai-kiai sepuh lainnya.

Pada awalnya, ide pembentukan jamiyyah itu muncul dari forum diskusi Tashwirul Afkar yang didirikan oleh Kiai Wahab pada tahun 1924 di Surabaya. Forum diskusi Tashwirul Afkar yang berarti “potret pemikiran” ini dibentuk sebagai wujud kepedulian Kiai Wahab dan para kiai lainnya terhadap gejolak dan tantangan yang dihadapi oleh umat Islam terkait dalam bidang praktik keagamaan, pendidikan dan politik. Setelah peserta forum diskusi Tashwirul Afkar sepakat untuk membentuk jamiyyah, maka Kiai Wahab merasa perlu meminta restu kepada Kiai Hasyim yang ketika itu merupakan tokoh ulama pesantren yag sangat berpengaruh di Jawa Timur.

Setelah pertemuan dengan Kiai Wahab itulah, hati Kiai Hasyim resah. Gelagat inilah yang nampaknya “dibaca” oleh Kiai Cholil Bangkalan yang terkenal sebagai seorang ulama yang waskita (mukasyafah). Dari jauh ia mengamati dinamika dan suasana yang melanda batin Kiai Hasyim. Sebagai seorang guru, ia tidak ingin muridnya itu larut dalam keresahan hati yang berkepanjangan. Karena itulah, Kiai Cholil kemudian memanggil salah seorang santrinya, As’ad Syamsul Arifin (kemudian hari terkenal sebagai KH. As’ad Syamsul Arifin, Situbondo) yang masih terhitung cucunya sendiri.

Tongkat “Musa”

“Saat ini Kiai Hasyim sedang resah. Antarkan dan berikan tongkat ini kepadanya,” titah Kiai Cholil kepada As’ad. “Baik, Kiai,” jawab As’ad sambil menerima tongkat itu.
“Setelah membeerikan tongkat, bacakanlah ayat-ayat berikut kepada Kiai Hasyim,” kata Kiai Cholil kepada As’ad seraya membacakan surat Thaha ayat 17-23.
Allah berfirman: ”Apakah itu yang di tangan kananmu, hai musa? Berkatalah Musa : ‘ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya’.” Allah berfirman: “Lemparkanlah ia, wahai Musa!” Lalu dilemparkannya tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat”, Allah berfirman: “Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaan semula, dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia keluar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain (pula), untuk Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang besar.”
Sebagai bekal perjalanan ke Jombang, Kiai Cholil memberikan dua keeping uang logam kepada As’ad yang cukup untuk ongkos ke Jombang. Setelah berpamitan, As’ad segera berangkat ke Jombang untuk menemui Kiai Hasyim. Tongkat dari Kiai Cholil untuk Kiai Hasyim dipegangnya erat-erat.
Meski sudah dibekali uang, namun As’ad memilih berjalan kaki ke Jombang. Dua keeping uang logam pemberian Kiai Cholil itu ia simpan di sakunya sebagai kenagn-kenangan. Baginya, uang pemberian Kiai Cholil itu teramat berharga untuk dibelanjakan.
Sesampainya di Jombang, As’ad segera ke kediaman Kiai Hasyim. Kedatangan As’ad disambut ramah oleh Kiai Hasyim. Terlebih, As’ad merupakan utusan khusus gurunya, Kiai Cholil. Setelah bertemu dengan Kiai Hasyim, As’ad segera menyampaikan maksud kedatangannya, “Kiai, saya diutus oleh Kiai Cholil untuk mengantarkan dan menyerahkan tongkat ini,” kata As’ad seraya menyerahkan tongkat.

Kiai Hasyim menerima tongkat itu dengan penuh perasaan. Terbayang wajah gurunya yang arif, bijak dan penuh wibawa. Kesan-kesan indah selama menjadi santri juga terbayang dipelupuk matanya. “Apa masih ada pesan lainnya dari Kiai Cholil?” Tanya Kiai Hasyim. “ada, Kiai!” jawab As’ad. Kemudian As’ad membacakan surat Thaha ayat 17-23.

Setelah mendengar ayat tersebut dibacakan dan merenungkan kandungannya, Kiai Hasyim menangkap isyarat bahwa Kiai Cholil tak keberatan apabila ia dan Kiai Wahab beserta para kiai lainnya untuk mendirikan Jamiyyah. Sejak saat itu proses untuk mendirikan jamiyyah terus dimatangkan. Meski merasa sudah mendapat lampu hijau dari Kiai Cholil, Kiai Hasyim tak serta merta mewujudkan niatnya untuk mendirikan jamiyyah. Ia masih perlu bermusyawarah dengan para kiai lainnya, terutama dengan Kiai Nawawi Noerhasan yang menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri. Terlebih lagi, gurunya (Kiai Cholil Bangkalan) dahulunya pernah mengaji kitab-kitab besar kepada Kiai Noerhasan bin Noerchotim, ayahanda Kiai Nawawi Noerhasan.

Untuk itu, Kiai Hasyim meminta Kiai Wahab untuk menemui Kiai Nawawie. Setelah mendapat tugas itu, Kiai Wahab segera berangkat ke Sidogiri untuk menemui Kiai Nawawie. Setibanya di sana, Kiai Wahab segeraa menuju kediaman Kiai Nawawie. Ketika bertemu dengan Kiai Nawawie, Kiai Wahab langsung menyampaikan maksud kedatangannya. Setelah mendengarkan dengan seksama penuturan Kiai Wahab yang menyampaikan rencana pendirian jamiyyah, Kiai Nawawie tidak serta merta pula langsung mendukungnya, melainkan memberikan pesan untuk berhati-hati. Kiai Nawawie berpesan agar jamiyyah yang akan berdiri itu supaya berhati-hati dalam masalah uang. “Saya setuju, asalkan tidak pakai uang. Kalau butuh uang, para anggotanya harus urunan.” Pesan Kiai Nawawi.

Proses dari sejak Kiai Cholil menyerahkan tongkat sampai dengan perkembangan terakhir pembentukan jamiyyah rupanya berjalan cukup lama. Tak terasa sudah setahun waktu berlalu sejak Kiai Cholil menyerahkan tongkat kepada Kiai Hasyim. Namun, jamiyyah yang diidam-idamkan tak kunjung lahir juga. Tongkat “Musa” yang diberikan Kiai Cholil, maskih tetap dipegang erat-erat oleh Kiai Hasyim. Tongkat itu tak kunjung dilemparkannya sehingga berwujud “sesuatu” yang nantinya bakal berguna bagi ummat Islam.
Sampai pada suatu hari, As’ad muncul lagi di kediaman Kiai Hasyim dengan membawa titipan khusus dari Kiai Cholil Bangkalan. “Kiai, saya diutus oleh Kiai Cholil untuk menyerahkan tasbih ini,” kata As’ad sambil menyerahkan tasbih. “Kiai juga diminta untuk mengamalkan bacaan Ya Jabbar Ya Qahhar setiap waktu,” tambah As’ad. Entahlah, apa maksud di balik pemberian tasbih dan khasiat dari bacaan dua Asma Allah itu. Mungkin saja, tasbih yang diberikan oleh Kiai Cholil itu merupakan isyarat agar Kiai Hasyim lebih memantapkan hatinya untuk melaksanakan niatnya mendirikan jamiyyah. Sedangkan bacaan Asma Allah, bisa jadi sebagai doa agar niat mendirikan jamiyyah tidak terhalang oleh upaya orang-orang dzalim yang hendak menggagalkannya.

Qahhar dan Jabbar adalah dua Asma Allah yang memiliki arti hampir sama. Qahhar berarti Maha Memaksa (kehendaknya pasti terjadi, tidak bisa dihalangi oleh siapapun) dan Jabbar kurang lebih memiliki arti yang sama, tetapi adapula yang mengartikan Jabbar dengan Maha Perkasa (tidak bisa dihalangi/dikalahkan oleh siapapun). Dikalangan pesantren, dua Asma Allah ini biasanya dijadikan amalan untuk menjatuhkan wibawa, keberanian, dan kekuatan musuh yang bertindak sewenang-wenang. Setelah menerima tasbih dan amalan itu, tekad Kiai Hasyim untuk mendirikan jamiyyah semakin mantap. Meski demikian, sampai Kiai Cholil meninggal pada 29 Ramadhan 1343 H (1925 M),jamiyyah yang diidamkan masih belum berdiri. Barulah setahun kemudian, pada 16 Rajab 1344 H, “jabang bayi” yang ditunggu-tunggu itu lahir dan diberi nama Nahdlatul Ulama (NU).

Setelah para ulama sepakat mendirikan jamiyyah yang diberi nama NU, Kiai Hasyim meminta Kiai Ridhwan Nashir untuk membuat lambangnya. Melalui proses istikharah, Kiai Ridhwan mendapat isyarat gambar bumi dan bintang sembilan. Setelah dibuat lambangnya, Kiai Ridhwan menghadap Kiai Hasyim seraya menyerahkan lambang NU yang telah dibuatnya. “Gambar ini sudah bagus. Namun saya minta kamu sowan ke Kiai Nawawi di Sidogiri untuk meminta petunjuk lebih lanjut,” pesan Kiai Hasyim. Dengan membawa sketsa gambar lambang NU, Kiai Ridhwan menemui Kiai Nawawi di Sidogiri. “Saya oleh Kiai Hasyim diminta membuat gambar lambang NU. Setelah saya buat gambarnya, Kiai Hasyim meminta saya untuk sowan ke Kiai supaya mendapat petunjuk lebih lanjut,” papar Kiai Ridhwan seraya menyerahkan gambarnya.

Setelah memandang gambar lambang NU secara seksama, Kiai Nawawie memberikan saran konstruktif: “Saya setuju dengan gambar bumi dan sembilan bintang. Namun masih perlu ditambah tali untuk mengikatnya.” Selain itu, Kiai Nawawie jug a meminta supaya tali yang mengikat gambar bumi ikatannya dibuat longgar. “selagi tali yang mengikat bumi itu masih kuat, sampai kiamat pun NU tidak akan sirna,” papar Kiai Nawawie.

Bapak Spiritual

Selain memiliki peran yang sangat penting dalam proses pendirian NU yaitu sebgai penentu berdirinya, sebenarnya masih ada satu peran lagi, peran penting lain yang telah dimainkan oleh Kiai Cholil Bangkalan. Yaitu peran sebagai bapak spiritual bagi warga NU. Dalam tinjauan Mujammil Qomar, Kiai Cholil layak disebut sebagai bapak spiritual NU karena ulama asal Bangkalan ini sangat besar sekali andilnya dalam menumbuhkan tradisi tarekat, konsep kewalian dan haul (peringatan tahunan hari kematian wali atau ulama).

Dalam ketiga masalah itu, kalangan NU berkiblat kepada Kiai Cholil Bangkalan karena ia dianggap berhasil dalam menggabungkan kecenderungan fikih dan tarekat dlam dirinya dalam sebuah keseimbangan yang tidak meremehkan kedudukan fikih. Penggabungan dua aspek fikih dan tarekat itu pula yang secara cemerlang berhasil ia padukan dalam mendidik santri-santrinya. Selain membekali para santrinya dengan ilmu-ilmu lahir (eksoterik) yang sangat ketat –santrinya tak boleh boyong sebelum hafal 1000 bait nadzam Alfiah Ibn Malik, ia juga menggembleng para santrinya dengan ilmu-ilmu batin (esoterik).

Kecenderungan yang demikian itu bukannya tidak dimiliki oleh pendiri NU lainnya. Tokoh lainnya seperti Kiai Hasyim, memiliki otoritas yang sangat tinggi dalam bidang pengajaran kitab hadits shahih Bukhari, namun memiliki pandangan yang kritis terhadap masalah tarekat, konsep kewalian dan haul. Kiai Hasyim merupakan murid kesayangan dari Syaikh Mahfuzh at Tarmisi. Syaikh Mahfuzh adalah ulama Indonesia pertama yang mengajarkan kitab hadits Shahih Bukhari di Mekkah. Syaikh Mahfuzh diakui sebagai seorang mata rantai (isnad) yang sah dalam transmisi intelektual pengajaran kitab Shahih Bukhari.

Karena itu, Syaikh Mahfuzh berhak memberikan ijazah kepada murid-muridnya yang berhasil menguasai kitab Shahih Bukhari. Salah seorang muridnya yang mendapat ijazah mengajar Shahih Bukhari adalah Kiai Hasyim Asy’ari. Otoritas Kiai Hasyim pada pengajaran kitab hadits Shahih Bukhari ini diakui pula oleh Kiai Cholil Bangkalan. Di usia senjanya, gurunya itu sering nyantri pasaran (mengaji selama bulan puasa) kepada Kiai Hasyim. Ini merupakan isyarat pengakuan Kiai Cholil terhadap derajat keilmuan dan integritas Kiai Hasyim.

Sebagai ulama yang otoritatif dalam bidang hadits, Kiai Hasyim memiliki pandangan yang kritis terhadap perkembangan aliran-aliran tarekat yang tidak memiliki dasar ilmu hadits. Ia menyesalkan timbulnya gejala-gejala penyimpangan tarekat dan syariat di tengah-tengah masyarakat. Untuk itu, ia menulis kitab al Durar al Muntasyirah fi Masail al Tis’a’Asyarah yang berisi petunjuk praktis agar umat Islam berhati-hati apabila hendak memasuki dunia tarekat.

Selain kritis dalam memandang tarekat, Kiai Hasyim juga kritis dalam memandang kecenderungan kaum Muslim yang dengan mudah menyatakan kewalian seseorang tanpa ukuran yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan secara teologis. Terhadap masalah ini, Kiai Hasyim memberikan pernyataan tegas:
“Barangsiapa mengaku dirinya sebagai wali tetapi tanpa kesaksian mengikuti syariat Rasulullah SAW, orang tersebut adalah pendusta yang membuat perkara tentang Allah SWT.”
Lebih tegas beliau menyatakan:
“Orang yang mengaku dirinya wali Allah SWT, orang tersebut bukanlah wali yang sesungguhnya melainkan hanya wali-walian yang jelas salah sebab dia mengatakan sir al-khushusiyyah (rahasia-rahasia khusus) dan dia membuat kedustaan atas Allah Ta’ala.”
Demikian pula terhadap masalah haul. Selain Kiai Hasyim, para pendiri NU lainnya seperti Kiai Wahab dan Kiai Bisri Syansuri juga bersikap kritis terhadap konsep haul dan mereka menolak untuk di-haul-i (Qomar, 2002). Akan tetapi di kalangan NU sendiri, acara haul telah menjadi tradisi yang tetap dipertahankan sampai sekarang. Para wali atau kiai yang meninggal dunia, setiap tahunnya oleh warga nahdliyih akan di-haul-i dengan serangkaian kegiatan seperti ziarah kubur, tahlil dan ceramah agama untuk mengenang perjuangan mereka agar dapat dijadikan teladan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Mengapa masalah tarekat, konsep kewalian dan haul yang mendapat kritikan pedas dari Kiai Hasyim tersebut, justru ditradisikan di kalangan NU? Apakah warga NU sudah tidak lagi mengindahkan peringatan Kiai Hasyim? Untuk memastikan jawabannya, menurut Mujammil Qomar, agak sulit, mengingat NU bisa berkembang pesat juga karena usaha dan pengaruh Kiai Hasyim.
Wallahu a’lam

Senin, 13 Januari 2014

Rahasia Sukses Menjawab Pertanyaan Kubur

Rahasia Sukses Menjawab Pertanyaan Kubur

Bismillah. Saudaraku kaum muslimin yang semoga dirahmati oleh Alloh Ta’ala. Ketahuilah, bahwa setiap yang bernafas pasti akan merasakan mati. Dan setiap diri dari kita pasti akan berjumpa dengan yang namanya kematian. Saudaraku, kematian bukanlah akhir dari perjalanan kita. Namun kematian adalah awal dari kehidupan yang sebenarnya, Setelah seseorang meninggal, dia akan berpindah dari alam dunia yang fana menuju alam kubur. Dan setiap manusia yang memasuki alam kubur pasti akan diuji dengan tiga pertanyaan. Barangsiapa yang mampu menjawabnya maka akan menjadi mudahlah urusan dia setelahnya. Barangsiapa yang tidak mampu menjawabnya maka akan menjadi semakin susah dan beratlah urusan dia setelahnya. Inilah satu fase dari perjalanan anak manusia yang akan menentukan akhir dari perjalanannya, di surga atau di neraka. Dan dia akan kekal di dalamnya. Untuk itu, perhatikanlah keadaanmu wahai saudaraku. Sudahkan engkau mempersiapkan bekal ilmu untuk menghadapi ujian yang maha dahsyat ini?
Berikut ini adalah rekaman pengajian yang akan mengupas tuntas permasalahan tiga pertanyaan di alam kubur. Luangkanlah waktumu untuk mempelajarinya. Karena ini adalah permasalahan yang sangat mendasar dan sangat penting dalam agama kita. Semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin
Silahkan download Kitabnya :
Silahkan download Pengajiannya :
Disampaikan Oleh Ustadz Abu Muawiyah Askari Hafidzohulloh (Pengasuh Ponpes Ibnul Qoyyim Balikpapan)
002.Tarjamatu Syarih_230204.mp3 (Qc).mp3 (1.9MB) 002.Tarjamatu Syarih_230204.mp3 (Qc).mp3
003.Penjelasan Bismillahirrahman _250204 (Qc).mp3 (1.5MB) 003.Penjelasan Bismillahirrahman _250204 (Qc).mp3
004.Ma'rifatullah wa ma'rifatu Nabiyihi_260204.mp3 (Qc).mp3 (1.8MB) 004.Ma’rifatullah wa ma’rifatu Nabiyihi_260204.mp3 (Qc).mp3
005.Wama'rifatul diinul islam bil adillah_290204.mp3 (Qc).mp3 (1.8MB) 005.Wama’rifatul diinul islam bil adillah_290204.mp3 (Qc).mp3

006.Ats-Tsaniya Al 'amalu bihi_ 270204.mp3 (Qc).mp3 (2MB) 006.Ats-Tsaniya Al ‘amalu bihi_ 270204.mp3 (Qc).mp3
007.Ar-Roobi' Assbru ala ada'_280204 (Qc).mp3 (2.1MB) 007.Ar-Roobi’ Assbru ala ada’_280204 (Qc).mp3
008.Wal asri _290204.mp3 (Qc).mp3 (2.3MB) 008.Wal asri _290204.mp3 (Qc).mp3
009.Qoola Syafi'i_300204.mp3 (Qc).mp3 (1.5MB) 009.Qoola Syafi’i_300204.mp3 (Qc).mp3
010.I'lam rahimahullah annahu yajibu 'ala kulli muslim (1)_1.mp3 (1.6MB) 010.I’lam rahimahullah annahu yajibu ‘ala kulli muslim (1)_1.mp3
011.I'lam rahimahullah annahu yajibu 'ala kulli muslim (2)_1.mp3 (1.2MB) 011.I’lam rahimahullah annahu yajibu ‘ala kulli muslim (2)_1.mp3
012.Walam yatrukna hamalan_160304.mp3 (Qc).mp3 (1.2MB) 012.Walam yatrukna hamalan_160304.mp3 (Qc).mp3
013.Faman Ataa'ahu dakholal jannah_160304.mp3 (Qc).mp3 (1.9MB) 013.Faman Ataa’ahu dakholal jannah_160304.mp3 (Qc).mp3
014.Ats-tsani annallaha laa yardlo_170304 (Qc).mp3 (1.4MB) 014.Ats-tsani annallaha laa yardlo_170304 (Qc).mp3
015.Atsaalitsa anna man athoo'a_180304.mp3 (Qc).mp3 (2MB) 015.Atsaalitsa anna man athoo’a_180304.mp3 (Qc).mp3
016.wa a'dlomu maa amarallhu bihi (2)_250304.mp3 (Qc).mp3 (1.5MB) 016.wa a’dlomu maa amarallhu bihi (2)_250304.mp3 (Qc).mp3
017.Wa a'dlomu maa naha 'anhuu syirku_280304 (Qc).mp3 (1.4MB) 017.Wa a’dlomu maa naha ‘anhuu syirku_280304 (Qc).mp3
018.Faidza qiilalaka maa utsuluts-tsalaatsatu (1)_010404.mp3.mp3 (2MB) 018.Faidza qiilalaka maa utsuluts-tsalaatsatu (1)_010404.mp3.mp3
019.Faidza qiilalaka maa utsuluts-tsalatsatu (2)_040404.mp3 .mp3 (1.6MB) 019.Faidza qiilalaka maa utsuluts-tsalatsatu (2)_040404.mp3 .mp3
020.Waddiinahu wanabiyyahu muhammad_060404.mp3 (Qc).mp3 (1.5MB) 020.Waddiinahu wanabiyyahu muhammad_060404.mp3 (Qc).mp3
021.Inna robbakumullahulladi_120404.mp3 (Qc).mp3 (2.4MB) 021.Inna robbakumullahulladi_120404.mp3 (Qc).mp3
022.Warobbul huwal ma'buud_130404.mp3 (Qc).mp3 (1.8MB) 022.Warobbul huwal ma’buud_130404.mp3 (Qc).mp3
023.Wa anwa'ul 'ibadatillati_140404.mp3 (Qc).mp3 (1.7MB) 023.Wa anwa’ul ‘ibadatillati_140404.mp3 (Qc).mp3
024.Addu'aau mukhul ibadah_150404.mp3 (Qc).mp3 (1.8MB) 024.Addu’aau mukhul ibadah_150404.mp3 (Qc).mp3
025.Addaliilu Khoufi_190404 (Qc).mp3 (2.1MB) 025.Addaliilu Khoufi_190404 (Qc).mp3
026.Wa dalilu rojaa_200404 (Qc).mp3 (1.5MB) 026.Wa dalilu rojaa_200404 (Qc).mp3
027. Dalil Tawakkal (2)_210404 (Qc).mp3 (1.7MB) 027. Dalil Tawakkal (2)_210404 (Qc).mp3
028. Dalil Raghbati_220404 (Qc).mp3 (1.2MB) 028. Dalil Raghbati_220404 (Qc).mp3
029. Dalil Khosyati_250404 (Qc).mp3 (1.4MB) 029. Dalil Khosyati_250404 (Qc).mp3
030. Dalil Isti'anati_260404 (Qc).mp3 (1.6MB) 030. Dalil Isti’anati_260404 (Qc).mp3
031. Dalil Isti'adati (1)_270404 (Qc).mp3 (2.1MB) 031. Dalil Isti’adati (1)_270404 (Qc).mp3
032. Dalil Isti'adati (2)_280404 (Qc).mp3 (1.5MB) 032. Dalil Isti’adati (2)_280404 (Qc).mp3
033. Dalil Istighaasah_050504 (Qc).mp3 (2.2MB) 033. Dalil Istighaasah_050504 (Qc).mp3
034. Dalil menyembelih & Dalil Nadzar_060504 (Qc).mp3 (2.7MB) 034. Dalil menyembelih & Dalil Nadzar_060504 (Qc).mp3
035. Dasar ke-2 dari 3 landasan pokok_080504 (Qc).mp3 (1.3MB) 035. Dasar ke-2 dari 3 landasan pokok_080504 (Qc).mp3
036. Pengertian Islam (1)_090504 (Qc).mp3 (2MB) 036. Pengertian Islam (1)_090504 (Qc).mp3
037. Pengertian Islam (2)_100504 (Qc).mp3 (2MB) 037. Pengertian Islam (2)_100504 (Qc).mp3
038. Dalil tentang pengertian Islam dan Syahadatullah_110504.mp3 (1.8MB) 038. Dalil tentang pengertian Islam dan Syahadatullah_110504.mp3
039. Dalil bahwa Muhammad adalah utusan Allah_120504 (Qc).mp3 (1.5MB) 039. Dalil bahwa Muhammad adalah utusan Allah_120504 (Qc).mp3
040. Ma'na dari syahadat anna muhammadarrosuulullah_130504 (.mp3 (2.2MB) 040. Ma’na dari syahadat anna muhammadarrosuulullah_130504 (.mp3
041. Dalil sholat dan zakat_170504 (Qc).mp3 (1.9MB) 041. Dalil sholat dan zakat_170504 (Qc).mp3
042. Tingkatan yang ke-2 Al Iman_180504 (Qc).mp3 (1.5MB) 042. Tingkatan yang ke-2 Al Iman_180504 (Qc).mp3
043. Rukun iman itu ada 6 (1)_190504 (Qc).mp3 (1.8MB) 043. Rukun iman itu ada 6 (1)_190504 (Qc).mp3
044. Rukun iman itu ada 6 (2)_200504 (Qc).mp3 (2MB) 044. Rukun iman itu ada 6 (2)_200504 (Qc).mp3
045. Beriman kepada Allah 01_250504 Qc.mp3 (1.8MB) 045. Beriman kepada Allah 01_250504 Qc.mp3
046. Beriman kepada Allah 02_270504 Qc.mp3 (2MB) 046. Beriman kepada Allah 02_270504 Qc.mp3
047. beriman kepada Malaikat 1_300504 Qc.mp3 (1.8MB) 047. beriman kepada Malaikat 1_300504 Qc.mp3
048. Beriman kepada malaikat 2_310504 Qc.mp3 (1.9MB) 048. Beriman kepada malaikat 2_310504 Qc.mp3
049. Beriman kepada kitab_010604 Qc.mp3 (1.5MB) 049. Beriman kepada kitab_010604 Qc.mp3
050. Beriman kepada Rosul 1_020604.mp3 (2.3MB) 050. Beriman kepada Rosul 1_020604.mp3
051. Beriman kepada Rosul 2_030604 Qc.mp3 (1.5MB) 051. Beriman kepada Rosul 2_030604 Qc.mp3
052. Beriman kepada Rosul 3_080604 Qc.mp3 (1.6MB) 052. Beriman kepada Rosul 3_080604 Qc.mp3
053.001. Beriman kepada hari akhir 1_090604 Qc.mp3 (1.7MB) 053.001. Beriman kepada hari akhir 1_090604 Qc.mp3
053.002. Beriman kepada hari akhir 2_100604 Qc.mp3 (1.7MB) 053.002. Beriman kepada hari akhir 2_100604 Qc.mp3
053.003. Beriman kepada hari akhir 3_140604 Qc.mp3 (1.8MB) 053.003. Beriman kepada hari akhir 3_140604 Qc.mp3
053.004. Beriman kepada hari akhir 4_150604 Qc.mp3 (1.5MB) 053.004. Beriman kepada hari akhir 4_150604 Qc.mp3
053.005. Beriman kepada hari akhir 5_170604 Qc.mp3 (2MB) 053.005. Beriman kepada hari akhir 5_170604 Qc.mp3
053.006. Beriman kepada hari akhir 6_200604 Qc.mp3 (1.7MB) 053.006. Beriman kepada hari akhir 6_200604 Qc.mp3
053.007. Beriman kepada hari akhir 7_210604 Qc.mp3 (1.8MB) 053.007. Beriman kepada hari akhir 7_210604 Qc.mp3
053.008. Beriman kepada hari akhir 8_220604 Qc.mp3 (2MB) 053.008. Beriman kepada hari akhir 8_220604 Qc.mp3
054.001. Beriman kepada takdir Allah 1_240604 Qc.mp3 (1.7MB) 054.001. Beriman kepada takdir Allah 1_240604 Qc.mp3
054.002. Beriman kepada takdir Allah 2_270604 Qc.mp3 (1.7MB) 054.002. Beriman kepada takdir Allah 2_270604 Qc.mp3
054.003. Beriman kepada takdir Allah 3_280604 Qc.mp3 (2.2MB) 054.003. Beriman kepada takdir Allah 3_280604 Qc.mp3
054.004. Beriman kepada takdir Allah 4_290604 Qc.mp3 (1.6MB) 054.004. Beriman kepada takdir Allah 4_290604 Qc.mp3
054.005. Beriman kepada takdir Allah 5_300604 Qc.mp3 (1.7MB) 054.005. Beriman kepada takdir Allah 5_300604 Qc.mp3
055.001. Al Ikhsan 1_010704 Qc.mp3 (1.9MB) 055.001. Al Ikhsan 1_010704 Qc.mp3
055.002. Al Ikhsan 2_040704 Qc.mp3 (2.1MB) 055.002. Al Ikhsan 2_040704 Qc.mp3
055.003. Al Ikhsan 3_050704 Qc.mp3 (1.5MB) 055.003. Al Ikhsan 3_050704 Qc.mp3
056.001. Ushul ke-3.Mengenal Nabi 1_060704 Qc.mp3 (1.2MB) 056.001. Ushul ke-3.Mengenal Nabi 1_060704 Qc.mp3
056.002. Mengenal nabi 2_070704 Qc.mp3 (2.1MB) 056.002. Mengenal nabi 2_070704 Qc.mp3
056.003. Mengenal Nabi 3_080704 Qc.mp3 (1.7MB) 056.003. Mengenal Nabi 3_080704 Qc.mp3
056.004. Mengenal Nabi 4_120704 Qc.mp3 (1.8MB) 056.004. Mengenal Nabi 4_120704 Qc.mp3
056.005. Mengenal Nabi 5_130704 Qc.mp3 (2.8MB) 056.005. Mengenal Nabi 5_130704 Qc.mp3
056.006. Mengenal Nabi 6_140704 Qc.mp3 (1.6MB) 056.006. Mengenal Nabi 6_140704 Qc.mp3
056.007. Mengenal Nabi 7_150704 Qc.mp3 (2MB) 056.007. Mengenal Nabi 7_150704 Qc.mp3
057.001. Hukum tinggal di negeri kafir 1_190704 Qc.mp3 (2.3MB) 057.001. Hukum tinggal di negeri kafir 1_190704 Qc.mp3
057.002. Hukum tinggal dinegeri kafir 2_200704 Qc.mp3 (1.5MB) 057.002. Hukum tinggal dinegeri kafir 2_200704 Qc.mp3
057.003. Hukum tinggal di negeri kafir 3_210704 Qc.mp3 (1.5MB) 057.003. Hukum tinggal di negeri kafir 3_210704 Qc.mp3
057.004. Hukum tinggal di negeri kafir 4_220704 Qc.mp3 (2.1MB) 057.004. Hukum tinggal di negeri kafir 4_220704 Qc.mp3
057.005. Hukum tinggal di negeri kafir 5_250704 Qc.mp3 (2.2MB) 057.005. Hukum tinggal di negeri kafir 5_250704 Qc.mp3
058. Turunnya syari'at islam yg lainnya_260704 Qc.mp3 (982.1KB) 058. Turunnya syari’at islam yg lainnya_260704 Qc.mp3
059. Wafatnya Rasulullah_270704 Qc.mp3 (1.9MB) 059. Wafatnya Rasulullah_270704 Qc.mp3
060.001. Dan agama ini telah sempurna 1_280704 Qc.mp3 (1.1MB) 060.001. Dan agama ini telah sempurna 1_280704 Qc.mp3
060.002. Dan agama ini telah sempurna 2_070804 Qc.mp3 (1.6MB) 060.002. Dan agama ini telah sempurna 2_070804 Qc.mp3
061. Dalil akan wafatnya Rasulullah_080804 Qc.mp3 (1.5MB) 061. Dalil akan wafatnya Rasulullah_080804 Qc.mp3
062. Penghisaban amal manusia_090804 Qc.mp3 (1.8MB) 062. Penghisaban amal manusia_090804 Qc.mp3
063.001. Kafirnya orang yg mendustakan hari kebangkitan 1_100804.mp3 (2MB) 063.001. Kafirnya orang yg mendustakan hari kebangkitan 1_100804.mp3
063.002. Kafirnya orang yg mendustakan hari kebangkitan 2_110804.mp3 (1.7MB) 063.002. Kafirnya orang yg mendustakan hari kebangkitan 2_110804.mp3
064.001. Rasul pertama adalah Nuh alaihissalam 1_120804 Qc.mp3 (3.5MB) 064.001. Rasul pertama adalah Nuh alaihissalam 1_120804 Qc.mp3
064.002. Rasul pertama adalah Nuh alaihissalam 2_140804 Qc.mp3 (2.3MB) 064.002. Rasul pertama adalah Nuh alaihissalam 2_140804 Qc.mp3
065.001. Macam-macam Thooghut 1_140804 Qc.mp3 (2.4MB) 065.001. Macam-macam Thooghut 1_140804 Qc.mp3
065.002. Macam-macam Thoghut 2_160804 Qc.mp3 (1.4MB) 065.002. Macam-macam Thoghut 2_160804 Qc.mp3
065.003. Macam-macam Thooghut 3 & Tammat_160804 Qc.mp3 (4.2MB) 065.003. Macam-macam Thooghut 3 & Tammat_160804 Qc.mp3
Sumber : Maktabah-attamimi.blogspot.com